Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara mencatat pada Februari 2018 Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mengalami deflasi sekitar 0,89%. Dari beberapa kota, Kota Medan merupakan yang tertinggi dibanding kota kota lain di Sumatera Utara dengan angka 0,96% lebih tinggi daripada Sibolga 0,50%, Pematangsiantar dan Padang Sidimpuan diangka 0,58%.
Salah satu faktor penyumbang deflasi adalah penurunan barang bahan makanan seperti cabai merah, cabai rawit, bawang merah dan sawi hijau.
Ade Gunawan, pengamat Ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) menilai pemerintah harus memperhatikan dampak deflasi kepada petani. Kepada medanbisnisdaily.com (7/3/2018), Ade menyampaikan deflasi yang merupakan efek dari turunnya harga bahan makanan akan berdampak kepada penghasilan petani.
Wakil Dekan Fakultas Ekonomi UMSU itu beranggapan harga bahan makanan yang tinggipun belum berarti petani mendapat keuntungan yang besar, apalagi jika terjadi penurunan harga.
"Pemerintah harus perhatikan petani jika harga turun, kalau harga tinggi pun belum tentu petani mendapat untung yang besar apalagi kalau harga turun. Harga Cabai contohnya, jika dipasaran Rp 60.000 bisa jadi di petani hanya berkisar Rp 22.000," tutur Ade.
Pria yang juga aktif di Himpunan Kerukunan Tani Indonesai (HKTI) itu juga menilai hal ini terjadi karena rantai distribusi terlalu panjang.
"Rantai distribusi terlalu panjang, pemerintah harus potong itu. Dari petani hingga sampai ke masyarakat bisa harus melewati 5 distributor, ini yang buat harga jadi lebih mahal," tambah Ade.
Terakhir ade juga menyampaikan bahwa harga barang yang di pasar sebenarnya masih mahal dan belum stabil walaupun terjadi penurunan.