Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Sejak seminggu terakhir harga tomat di tingkat petani di Desa Bulan Julu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo anjlok hingga menjadi Rp 1.500/kg. Akibatnya, banyak petani yang membiarkan tomatnya membusuk di pohon karena tidak sesuai biaya panen dengan biaya jual yang diperoleh petani.
"Idealnya harga jual tomat di tingkat petani berkisar Rp 4.000/kg. Dengan harga itu, petani sudah memperoleh margin," kata petani tomat dan sayuran di Desa Bulan Julu, Kecamatan Barus Jahe, Karo Sampang Malem Ginting, kepada medanbisnisdaily, Kamis (22/3/2018).
Dijelaskannya, untuk biaya panen saja petani mengeluarkan biaya Rp 100.000 per orang per hari. Dan, setiap pekerja hanya mampu memanen sebanyak lima keranjang yang tiap keranjang berisi 50 kg.
Biaya itu ditambah lagi dengan pembelian keranjang Rp 20.000 per keranjang dan biaya transportasi dari ladang ke pasar sayur di Tiga Panah, Kabanjahe sebesar Rp 20.000 per keranjang. Biaya itu, belum termasuk biaya tanam mulai dari olah tanah, pemupukan dan obat-obatan.
"Jadi kalau harga jualnya hanya Rp 1.500/kg, petani tidak memperoleh apa-apa. Dan, daripada menambah biaya produksi, lebih baik dibiarkan saja tomatnya busuk di pohonnya," kata Sampang yang memiliki tanaman tomat siap panen berkisar 7.000-an pokok.
Menurutnya, anjloknya harga tomat dari sebelumnya Rp 4.000/kg disebabkan over produksi. Petani di Karo banyak yang melakukan panen tomat, jadi produksi tomat berlimpah.
Hal yang sama juga disampaikan Christian, petani tomat di desa itu. Menurutnya, anjloknya harga tomat ini membuat petani merugi besar.
"Jangankan untung, balik modal saja tidak bisa," kata dia.
Karena itu, mereka berharap peran pemerintah dalam pengendalian harga komoditi pangan di tingkat petani sehingga petani tidak rugi begitu juga dengan konsumen dapat menikmati harga yang layak.
"Industri hilir, harusnya sudah dibangun di Kabupaten Karo mengingat Karo adalah sentra sayuran terbesar di Sumatera Utara. Tanpa adanya industri hilir, kondisi yang sama akan berulang tiap kali petani panen raya," kata Christian.