Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Pendapatan bunga bersih atau net interest margin (NIM) perbankan nasional saat ini masih tinggi. Mengutip statistik perbankan Indonesia (SPI) periode Januari 2018 rasio NIM masih di kisaran 5,19%.
Kepala riset Samuel Aset Management (SAM) Lana Soelistianingsih menjelaskan rasio NIM yang tinggi inilah yang menyebabkan suku bunga kredit di Indonesia masih tinggi.
Sebenarnya berapa pendapatan bunga bersih perbankan ini. Dari SPI pada 2017 NIM bank tercatat 5,32% atau sebesar Rp 342,7 triliun dari rata-rata aset produktif sebesar Rp 6.445 triliun.
Kemudian pada 2016 rasio NIM tercatat 5,63% atau sebesar Rp 329,9 triliun dari rata-rata aset produktif Rp 5.854 triliun. Lalu pada 2015 rasio pendapatan bunga bersih tercatat 5,39% atau Rp 293,8 triliun dari rata-rata aset produktif Rp 5.449 triliun.
Aset produktif adalah penyediaan dana bank untuk mendapatkan penghasilan. Kegiatannya antara lain berbentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi, tagihan surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali, tagihan derivatif, penyertaan dan transaksi rekening administratif.
Lana menjelaskan jika bank bisa mengurangi porsi pendapatan dari bunga ini dengan menggeser ke pendapatan jasa maka bunga kredit akan bisa ditekan.
"Bank harus menggenjot pendapatan berbasis jasa yakni fee based income, supaya jika pendapatan bunganya rendah bisa tertutupi dari jasa ini," imbuh dia.
Menurut Lana, OJK dan BI selaku regulator tidak bisa memaksa bank untuk menurunkan suku bunga kredit. Pasalnya hal tersebut tergantung dengan operasional masing-masing bank. (dtf)