Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Nilai tukar rupiah masih melemah terhadap dolar Singapura. Hari ini rupiah mencapai titik terlemahnya sepanjang sejarah di hadapan dolar Singapura.
Mengutip CNBC Indonesia, Selasa (3/4), hingga pukul 14.00 WIB SG$ 1 dibanderol di Rp 10.507,83. Ini merupakan posisi terlemah rupiah melawan dolar Singapura.
Dalam setahun terakhir, rupiah memang terus melemah terhadap mata uang Negeri Singa. Pelemahan rupiah selama setahun ke belakang mencapai 10,27%.
Dari sisi perdagangan, Indonesia sebenarnya surplus terhadap Singapura. Pada 2017, neraca perdagangan Indonesia ke Singapura surplus US$ 702,8 juta. Namun, sisi investasi yang menjadi pemberat.
Nilai investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) Singapura di Indonesia lebih kecil dibandingkan investasi Indonesia di Singapura. Diam-diam, ternyata cukup banyak investasi perusahaan Indonesia di Singapura dan itu melampaui investasi Singapura ke Indonesia. Ini menyebabkan aliran valas lebih berpihak ke Singapura.
Mengutip data Singapore Department of Statistics, investasi terbesar Indonesia di Singapura adalah sektor keuangan dan asuransi. Pada 2016, nilainya mencapai US$ 2,19 miliar.
Singapura juga merupakan salah satu destinasi favorit pelancong asal Tanah Air. Pada 2017, kunjungan wisatawan asal Indonesia ke Negeri Singa sebanyak 2.954.384. Indonesia menempati peringkat kedua, hanya kalah dari kunjungan wisatawan China yang mencapai 3.226.929.
Belanja turis Indonesia di Singapura pun gila-gilaan. Tahun lalu, turis Indonesia mengeluarkan uang sebesar SG$ 653 juta (Rp 6,79 triliun), menduduki peringkat kedua di bawah turis China yang berbelanja SG$ 1,21 miliar (Rp 12,55 triliun)
Dolar Singapura Ditopang Fundamental Kuat
Selain itu, dolar Singapura juga didukung oleh fundamental ekonomi yang kuat. Salah satunya tercermin dari transaksi berjalan atau current account.
Secara umum, transaksi berjalan bisa diartikan sebagai neraca yang menggambarkan arus devisa di sebuah negara yang berasal dari ekspor-impor barang dan jasa. Jika surplus, maka ketersediaan devisa mencukupi sementara bila defisit berarti sebaliknya.
Sampai saat ini, transaksi berjalan Indonesia masih mengalami defisit. Pada 2017, defisit transaksi berjalan tercatat sebesar 1,7% dari produk domestik bruto.
Defisit di pendapatan primer adalah yang paling membebani transaksi berjalan. Pada 2017, defisit di pos ini mencapai US$ 32,84 miliar. Naik 10,76% dibandingkan setahun sebelumnya.
Defisit pendapatan primer utamanya disebabkan oleh pembayaran repatriasi hasil investasi asing. Ini seiring dengan bertambahnya FDI di Indonesia dan membaiknya profitabilitas perusahaan asing.
Sementara di Singapura, transaksi berjalan terus-menerus surplus. Kali terakhir Singapura mengalami defisit transaksi berjalan adalah pada 1984.
Seperti halnya Indonesia, Singapura juga membukukan defisit di pos pendapatan primer. Namun itu bisa ditutup oleh ekspor barang dan jasa Singapura yang besar.
Dengan ketahanan ekonomi Singapura yang kuat, tidak heran mata uang mereka juga berdaya saing. Ini menyebabkan rupiah sulit berkompetisi dengan sang tetangga. (dtf)