Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Sistem pembelajaran dan profesionalisme dosen di kampus Indonesia, khususnya Sumatera Utara masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negeri jiran, Malaysia. Hal itu diungkapkan, salah seorang dosen musik dari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas HKBP Nommensen (UHN) Medan, Dr Junita Batubara.
Junita yang dikontrak menjadi dosen di Universitas Pendidikan Sultan Idris Perak, Kuala Lumpur ini menjelaskan, salah satu kelemahan itu tidak adanya standar yang jelas dalam penyusunan rencana pembelajaran.
"Kalau di sini disebut silabus. Di Malaysia disebut rencana pembelajaran. Itu mengacu kepada psikomotorik, intelijensi dan bakat alami. Itulah yang menjadi dasar penilaian," kata Junita kepada medanbisnisdaily.com, di Kampus UHN, Jalan Sutomo Ujung, Medan, Sabtu (19/5/2018).
Selain itu, setiap dosen yang akan mengajar akan ditanya dan diuji, baik teori maupun praktik oleh pimpinan di hadapan dosen-dosen lainnya.
"Kamu pakai buku pegangan apa? Silahkan dipresentasikan dan praktikkan. Setelah itu baru akan dikeluarkan SK, cocoknya ngajar di mana," lanjutnya.
Dosen yang dikontrak untuk mengajar komposisi dan solfegio (keterampilan mendengar notasi) di Kuala Lumpur ini menambahkan, kalau dosen di kampus di Sumut, biasanya main tunjuk saja. Tergantung kebutuhan.
"Jadi di sana itu, profesionalisme jadi ukuran. Tidak boleh campur aduk. Kalau kuatnya di etnomusikologi ya di sana ditempatkan," katanya.
Disingggung soal gaji, Junita mengakui besar gaji sudah relatif sama dengan di Sumut. Jadi yang kurang adalah kemauan untuk membuka diri dan memperbaiki diri.
"Saya ke sana mau lihat metodenya dan ingin menerapkannya di sini," katanya.