Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Siantar. Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Wilayah I Sumut-NAD menggelar Konsultasi Wilayah (Konswil) di Pematangsiantar. Pembukaan secara resmi Konswil itu dilakukan perwakilan Pengurus Pusat GMKI, Jumadi Sinaga, di Hotel Sapadia, Pematangsiantar, Selasa (5/6/2018).
Sebelum membuka Konswil, Jumadi mengharapkan konsultasi akan membahas keberadaan Danau Toba yang diharapkan menjadi tujuan wisata internasional. Katanya, pemerintah daerah di sekitar Danau Toba didesak segera merealisasikan harapan tersebut. Selanjutnya, Jumadi menyoroti banyaknya kampus yang terindikasi menjadi tempat penanaman paham radikalisme. Juga tak luput dalam kritikan Jumadi adanya media yang tidak memberikan informasi yang membangun.
Sebelumnya, Ketua Panitia Pelaksana Konswil, Rospita Sitorus, menyebutkan Konswil ini diikuti perutusan sebanyak 11 cabang GMKI yang berada di wilayah I Sumut – NAD. Katanya, konsultasi ini akan banyak menggumuli masalah inetrnal dan eksternal GMKI. “Secara internal akan dibahas kegiatan cabang-cabang GKMI di Wilayah I Sumut-NAD sementara secara eksternal akan dibahas menyangkut isu-isu realitas terkini berbangsa dan bertanah air serta bagaimana peran GMKI memberikan pemikiran konstruktif mengatasi isu-isu tersebut,” terangnya.
Rospita menyebutkan, Kota Siantar sebagai tempat pelaksanaan Konswil merupakan kota toleran. Itu ditandai dengan berbagai suku, agama dan ras hidup berdampingan di kota ini. Dari pelaksanaan Konswil ini, harapnya, para peserta dapat menularkan ketoleransian ini di daerahnya masing-masing.
Konswil akan berlangsung pada 4 – 9 Juni di dua tempat yakni pembukaan di Pematangsiantar dan study meeting organisation di Parapat Kabupaten Simalungun selama empat hari ke depan.
Pembukaan Konswil ini juga dihadiri Sekda Kota Pematangsiantar, Budi Utari. Saat berkesempatan memberi sambutan, Budi Utari mengharapkan GMKI yang sedang melakukan Konswil dapat menjadi mitra Pemko Pematangsiantar. Juga diharapkannya, Konswil yang dilaksanakan dapat membuahkan pemikiran konstruktif mengatasi masalah di tengah masyarakat.
Acara pembukaan Konswil dimulai dengan ibadah dengan pembawa khotbah senior GMKI, Pdt Dr Batara Sihombing, yang juga merupakan Sekjend Huria Kristen Indonesia (HKI). Dalam khotbahnya, Pdt Batara menekankan karena manusia hidup di bumi maka manusia wajib berdamai dengan bumi sebagai ciptaan Tuhan. Diterangkannya, berdamai dengan bumi berarti memelihara dan merawat bumi. Namun, kata Pdt Batara, agar mampu berdamai dengan bumi maka terlebih dahulu manusia harus berdamai dengan Tuhan.
Lebih mendalam Pdt Batara menekankan perlunya manusia merawat alam sekitar. Katanya, akibat pengrusakan lingkungan hidup maka justru manusia sendiri yang menjadi korbannya. Di misalkannya, akibat penebangan pohon secara liar menimbulkan ketidakteraturan iklim. Ketika iklim tidak teratur maka petani akan kewalahan bercocok tanam. Karena itu, kata Pdt Batara, sudah saatnya mahasiswa menggumuli pentingnya keadilan iklim (justice climate) demi kesejahteraan manusia dan perdamaian manusia dengan bumi. (Jannes Silaban)
Selain peserta asal cabang GMKI se-Wilayah I, pembukaan Konswil ini juga dihadiri, perwakilan pimpinan gereja, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Organisasi Kelompok Cipayung Plus, GAMKI Sumut, senioren GMKI serta PIKI Pematangsiantar.