Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Komik dan karikatur adalah karya seni yang merekam berbagai fenomena sosial masyarakat. Dibanding karya seni lainnya, komik maupun karikatur dinilai lebih supel merekam denyut nadi keseharian masyarakat itu
Sifatnya yang menghibur namun tetap dengan kritik, membuat komik dan karikatur begitu diminati. Tidak heran bila sebagian besar media massa, khususnya koran, mempunyai komik/karikaturnya masing-masing. Termasuk koran terbitan Medan.
Peneliti komik, Koko Hendri Lubis kepada medanbisnisdaily.com, Kamis (13/9/2018) mengatakan, komik Medan bukan sekadar produk seni semata, melainkan satu karya seni yang tak lepas dari pemikiran-pemikiran kebudayaan dan potret realita sosial.
"Taguan Hardjo misalnya suka bacaan tentang ilmu jiwa dan sejarah. Jadi karyanya tak lepas dari sisi itu. Contohnya komik Keulana yang menggambarkan sejarah Aceh," jelas Koko.
Komikus Djas lain lagi. Dia lebih suka berkarya mengangkat cerita yang khas Medan. Contohnya Pendjual Tjendol dengan Dua Saudagar. Dialognya banyak memakai dialek Medan.
Komikus Zam Nuldyn lebih unik. Nuldyn suka membawa pembacanya ke zaman dewa-dewi (purbakala). Dia detail dalam menggambarkan panorama bawah laut dan gua di daerah pedalaman. Contohnya komik Merak Djingga dan Dewi Krakatau.
Sedangkan komikus Bahzar Sou'yb, lebih suka mengangkat cerita rakyat dan legenda, khususnya dari Minangkabau. Contohnya, Puteri Bunian.
Sementara karikaturis Hafizt menyebut, kehadiran karikatur di koran menambah daya pikat koran itu. Koran-koran besar di dunia selalu menyediakan space untuk karikatur. Malah banyak koran yang terdongkrak karena karikatur itu.
"Di Medan juga begitu. Koran-koran punya tokoh karikaturnya masing-masing. Ini peluang yang belum diambil media online khususnya di Medan untuk mendongkrak pembaca mereka," jelas Hafizt.