Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Semarang - Imron Baihaqi alias Abu Tholut, mantan terpidana kasus terorisme turun ke kampus. Kali ini pria yang pernah menjadi guru Imam Samudra itu berbicara tentang deradikalisasi dan ISIS di hadapan para mahasiswa.
Di auditorium Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Abu Tholut bersama Polda dan BNPT menyuarakan soal rentannya mahasiswa terseret paham radikal dalam acara Joint Analysis, dialog, dan deklarasi menolak radikalisme dan terorisme di lingkungan kampus.
Abu Tholut membagikan pengalaman dari awal ia menuju radikalisme yaitu dimulai ketika ada undang-undang keormasan. Warga kudus itu juga mengatakan pernah ke Malaysia diajak temannya dan kemudian ke Afganistan selama 8 tahun.
"Pernah bertemu dengan pengasuh Pondok Ngruki di Malaysia dan langsung melanjutkan keberangkatan ke Afganistan tanpa berpamitan dengan orangtua," kata Abu Tholut, Rabu (19/9/2018).
Dalam studi kritis tentang radikalismenya itu, Abu Tholut juga menyebut ISIS sebagau kelompok Khawarij, atau kelompok pelaku bid'ah. Ia sangat tidak setuju dengan ISIS hingga akhirnya ia keluar dari Jamaah Islamiah (JI) dan Jamaah Ansarut Tauhid (JAT) karena JAT menyatakan bergabung dengan ISIS.
"ISIS merupakan bentuk Khawarij masa kini dengan ciri-ciri tidak menghormati ulama dan orang yang lebih tua darinya," pungkasnya.
"Dari segi melaksanakan ibadah, mereka hanya mau melaksanakan salat apabila jamaahnya sepaham dengan mereka," imbuh dia.
Ia juga menyebutkan penyebab orang-orang bergabung ISIS, sehingga mahasiswa bisa melakukan antisipasi. Penyebabnya antara lain terpesona tayangan heroik, ilmu agama dangkal, ada figur yang dikagumi, menerima informasi tidak obyektif, putus asa, aspirasi tidak tertampung, dan termakan iming-iming yang tidak realistis.
Sementara itu Kasubdit IV Ditintelkam Polda Jawa Tengah, AKBP Guki Ginting mengatakan kegiatan tersebut sebagai upaya antisipasi radikalisme di kampus. Ia juga sengaja mengundang Abu Tholut agar pesan yang disampaikan bisa langsung dari yang pernah mengalami.
"Kita gandeng mantan napiter agar mengetahui kenapa termotifasi bergabung dan akhirnya sadar. Kalau dengan yang mengalami, mahasiswa lebih tertarik dan yakin," kata Guki.
Dalam kegiatan di Unimus itu turut hadir Ketua PW Muhammadiyah Jateng, Tafsir, perwakilan BNPT, Fadholan Musyafa, dan Rektor Unimus, Prof Masrukhi.dtc