Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Karya sastra para pengarang Indonesia dalam beberapa dekade terakhir dianggap belum bebas nilai. Bahkan cenderung munafik. Demikian pandangan yang mengemuka dari diskusi dan bedah buku "Mata Malam" karya Hang Kang, Sabtu malam (3/11/2018) di Literacy Coffee, Jalan Jati II, Teladan Timur, Kota Medan.
Pengamat sosial yang juga pecinta sastra Abram Sinaga yang menjadi narasumber diskusi, menyebut sastra Indonesia terkesan "mencari posisi aman" dan terpatuk pada terminologi moralitas. Dia pun menunjuk cerpen-cerpen yang dimuat di salah satu koran nasional yang menurutnya sebagian besar tentang lokalitas dan minus mitos.
Menurut Abram, kriteria itu dipilih untuk dua tujuan sekaligus, menghindari konflik dan di satu sisi kepentingan citra ideologis. "Tidak bisa dimungkiri, kecenderungan itu menurut saya menjelaskan bahwa para pengarang kita malu-malu dan tidak berani menuntaskan pengertian bebas nilai itu," tuturnya.
Setelah zaman Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat-red), imbuhnya, karya sastra di Indonesia kurang berani mengungkap realitas. Padahal pengarang Indonesia disebut-sebut "telah bebas nilai".