Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Badan Narkotika Nasional Provinsi DKI Jakarta (BNNP DKI) menyampaikan selama tahun 2018 telah menangkap 41 orang pengguna dan pengedar narkoba. Dari 41 orang yang ditangkap, 37 orang pria dan 4 orang wanita.
"Selama kurun waktu 2018 kami bisa menangkap 41 orang terdiri dari 37 orang pria dan 4 orang wanita. Barang bukti yang kami bisa sita sabu 1.357,49 gram, ekstesi 2.747 butir, ganja 37.419,48 gram," kata Kepala Bidang Pemberantasan BNNP DKI Jakarta, AKBP Maria Sorlury di Gedung Nyi Ageng Serang, Rasuna Said, Setiabudi, Jaksel, Kamis (20/12/2018).
Maria menuturkan, selama 2018 juga merekomendasikan penutupan sejumlah wisata hiburan malam di Ibu Kota. Salah satu tempat hiburan malam yang direkomendasikan ditutup yakni Diskotek Old City karena kedapatan pengunjung meninggal dunia.
"Old City kita tahu bersama ditutup untuk sementara, rekomendasi dari kepala yaitu berupa teguran karena ini berdasarkan Pergub nomor 18 tahun 2018 bab ke 5 pasal 43 dan pasal 44 karena jumlah pengguna melebihi yaitu berjumlah 52 orang pada saat kami melakukan operasi," jelasnya.
BNNP DKI juga memaparkan jumlah pengguna narkoba yang direhabilitasi di Jakarta. Kepala Bidang Rehabilitasi BNNP DKI, Dr Wahyu Wulandari mengatakan tahun ini ada 876 orang klien yang direhabilitasi.
"Kegiatan rehabilitasi rawat jalan bagi pengguna narkoba baik di klinik BNNP DKI maupun di BNNK Jakarta Selatan, Utara, dan Timur, dengan target kita tahun ini sebanyak 725 klien atau orang dan capaiannya sebanyak 867 klien atau 119,6 persen," ujar Wahyu.
Dari 867 orang pengguna, 20 orang dirujuk ke rumah sakit khusus rehabilitasi. 20 orang ini dirujuk lantaran tingkat ketergantungannya berat.
"Ke RSKO 2 orang, RS Sespima Polri 1 orang, Balai Besar Lido 14 orang, Komponen masyarakat 2 orang, dan panti sosial 1 orang. Sehingga total 20 orang yang kita lakukan rujukan," jelasnya.
Kabid Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat BNNP DKI Jakarta, Khrisna Anggara menambahkan BNNP DKI juga melakukan monitoring pencegahan narkoba di 68 sekolah selama tahun 2018. Temuan yang didapat yakni banyak pelajar yang menyalahgunakan obat terlarang seperti tramadol dan xcimer.
"Jadi sebelum mereka tawuran itu mereka mengonsumsi obat-obat jenis ini. Dan kenapa ini juga marak salah satunya juga karena harganya memang murah sehingga bisa terjangkau oleh kantong mereka," kata Khrisna.
Khrisna melanjutkan, pelajar juga mulai mengonsumsi sabu. Ditambah lagi pelajar ada yang mengaku mengonsumsi tembakau gorila.
"Sabu juga mulai mereka gunakan dan kemudian juga terkait masalah ganja sebagaimana kita ketahui sekarang ini juga masih banyak beredar tembakau gorila. Tembakau gorila itu adalah ganja versi sintetis. Secara umum mereka tidak tahu itu adalah ganja sintetis. Bahwa informasi yang diterima dari temannya ini adalah rokok Jawa atau rokok herbal," jelas dia.
Sementara itu, Kepala BNNP DKI Johny Pol Latupeirissa mengatakan pencegahan dan pemberantasan narkoba ini terus dilakukan sebagai wujud pertanggungjawaban sebagai lembaga pemerintahan. Dia mengatakan, program pencegahan yang dilakukan BNNP DKI ada kecenderungan menurunkan pengguna narkoba.
"Laju angka prevalensi, kita tahu bahwa angka prevalensi dari hasil penelitian 2017 itu mencapai kurang lebih 3,34 juta orang. Nah jika berusaha untuk menahan itu, bahkan menurunkan. Di tahun 2015 itu sekitar 4 sampai 5 juta orang, di tahun 2017 itu menurun menjadi 3,34 juta orang seluruh Indonesia," jelas Johny.dtc