Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Alumni dari 375 sekolah setingkat SMA di Ibu Kota yang menamakan diri 'Alumni SMA Jakarta Bersatu' mendeklarasikan dukungan untuk pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin. Mereka mendukung pasangan nomor urut 01 itu karena menilai Presiden Jokowi telah membuktikan kerjanya.
Deklarasi Alumni SMA Jakarta Bersatu digelar di sebuah rumah di Jalan Kemang Dalam X No E9, Jakarta Selatan, Kamis (7/2/2019). Hadir dalam deklarasi tersebut caleg PDIP Kirana Larasati, Roy Marten, dan Oppie Andaresta.
Ketua panitia deklarasi Nanda Abraham mengatakan setidaknya ada 300 SMA yang alumninya bergabung ke Alumni SMA Jakarta Bersatu untuk mendukung Jokowi. Nanda menyebut alumni yang bergabung ini memiliki pandangan serupa soal Indonesia dan Jokowi.
"Jadi, kalau kita sebagai alumni SMA, bersatu orang itu, yang terdiri dari 375 sekolah yang sudah bergabung. SMA dan sederajat, baik STM, SMEA, dan sebagainya. Jadi, itu perlu disampaikan, itu terkait dari keresahan kita, pendukung paslon 01. Kenapa kita menggabungkan diri? Untuk bersama-sama untuk mendukung paslon 01 karena melihat adanya ancaman demokrasi di Indonesia," ujar Nanda.
"Kita sudah mendukung paslon 01 karena Jokowi sudah memberikan bukti-bukti kepada masyarakat. Jokowi telah memberikan harapan atas capaian-capaian pembangunan. Apalagi Jokowi berjanji akan menambah SDM jika terpilih kembali menjadi presiden periode 2019-2024," jelasnya.
Nanda juga menjelaskan alasan tak mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Alasan dia soal latar belakang Prabowo saat masih aktif menjadi prajurit TNI.
"Yang jadi catatan dari saya, mungkin satu lagi yang saya tambahkan. Yang jelas, kita semua ini orang waras. Kenapa kita waras karena saya dulu bekas jadi aktivis tahun '90-an. Saya tahu sekali bagaimana Prabowo waktu itu pernah melakukan tindakan-tindakan HAM berat," kata Nanda.
Nanda mengaku mengalami sendiri hal itu. Dia juga mempersoalkan mengapa hingga kini tidak ada kelanjutan kasus dugaan pelanggaran HAM yang dilakukan Prabowo.
"Dia (Prabowo) menculik orang. Saya termasuk orang yang didatengin. Istri saya sampai nangis-nangis. Saya nggak tahu itu dia siapa. Tapi pada saat itu Prabowo ikut dalam proses bidang kehormatan TNI, tapi kenapa bisa lolos," terang Nanda.
"Tapi yang jelas, yang saya tahu, Prabowo itu pelanggar HAM secara berat. Dan sampai hari ini. Kita merasakan, tahu, korban-korban yang dulu hilang tidak pernah ada kelanjutannya sampai dengan sekarang," sesalnya.
Sementara itu, Kirana mengaku merasakan jarak antara rakyat dan pemerintah. Namun, saat pemerintahan Jokowi, perasaan itu hilang.
"Saya merasakan bahwa pemerintah itu adalah sesuatu yang jauh dari jangkauan saya, sesuatu yang berbahaya bagi saya sebagai rakyat. Dan baru kali ini di zaman pemerintahan Pak Jokowi, saya sebagai rakyat itu merasa dekat dengan pemerintah," ucap Kirana. dtc