Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Bandung. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) memiliki sejarah panjang dalam industri keuangan nasional. Bank ini telah ada di Indonesia sejak abad ke-19 yang dikenal dengan Lumbung Desa, Bank Pasar dan Bank Pegawai.
Seiring berkembangnya zaman, bank ini terus menjamur khususnya memberikan layanan keuangan di daerah. Namun, bank yang punya usia cukup tua ini kini dihadapkan pada sejumlah tantangan salah satunya perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi memunculkan layanan keuangan digital yang bakal 'menjegal' bisnis BPR.
"Kita menyadari yang saat ini booming fintech (financial technology), kita harus memperhatikan perkembangan teknologi sedemikian rupa," kata Direktur Penelitian dan Pengaturan BPR Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Ayahandayani dalam acara Media Gathering, Bandung, Jumat (3/5/2019).
Fintech memberikan pelayanan yang cepat dan mudah. Apalagi, masyarakat kini lebih banyak menggunakan smartphone-nya.
"BPR mau tidak mau menghadapi tantangan luar biasa dengan perkembangan teknologi informasi ini," ujarnya.
Dia mengatakan, untuk bisa bersaing, BPR mesti bisa mengadopsi teknologi serta pelayanan. Meski begitu, adopsi ini butuh biaya.
"Bagaimana mengantisipasi kebutuhan masyarakat menginginkan layanan cepat dan bisa diakses ke mana saja. Harus ada inovasi, sadar IT," ujarnya.
Tantangan BPR sebenarnya bukan hanya itu. BPR punya tantangan lantaran bank umum saat ini memiliki ketentuan menyalurkan pembiayaan ke sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sebesar 20%, sehingga terdapat irisan pasar. Lalu, ada juga program pemerintah terkait kredit usaha rakyat (KUR).
"Kemudian program pemerintah KUR, di mana suku bunga sangat rendah 7% sekarang," ujarnya.
"Ini tantangan BPR bagaimana tetap tumbuh," ujarnya.(dtf)