Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Kualitas tinggi yang dimiliki kopi Indonesia membuatnya menjadi incaran buyer (pembeli) luar negeri. Itu membuat, harga kopi asal Indonesia menjadi yang termahal di dunia. Saat ini, harganya berkisar US$ 5,5/kg. Bahkan harga ini berbeda US$ 2,5/kg dibandingkan produsen kopi lainnya di dunia seperti Vietnam dan Brazil yang harganya hanya sekitar US$ 3/kg.
Ketua Umum Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Irfan Anwar, mengatakan, kualitas kopi Indonesia memang sangat berbeda dengan kopi yang dihasilkan oleh produsen kopi lainnya di dunia. "Itu membuat permintaannya banyak. Semua orang butuh kopi Indonesia," katanya, di Medan, Kamis (1/8/2019).
Sejauh ini, kata Irfan, permintaaan kopi tertinggi masih dari Amerika Serikat (AS), Eropa dan Jepang. Bahkan khusus untuk AS, permintaaannya cukup banyak dan selalu naik setiap periodenya. Itu karena AS sudah terbiasa dengan kopi Indonesia khususnya kopi Sumatra.
Sayangnya, eksportir kopi saat ini sedang dalam tekanan karena produksi Indonesia sedang seret. Padahal di satu sisi, pemerintah juga sedang menghadapi masalah defisit neraca perdagangan atau current account deficit (CAD). Jika saja permintaaan kopi dunia bisa dipenuhi Indonesia, tentu akan bisa berkontribusi untuk mengurangi CAD.
"Memang akan lebih baik kalau produksi banyak lagi. Cuma kendalanya saat ini cuaca. Saya contohkan, dulu di Sidikalang masih dingin siang hari, tapi sekarang sudah tidak lagi karena global issue. Nah, ini yang mempengaruhi petani untuk menggenjot produktivitas tanamannya," kata Irfan.
Tapi kekurangan produksi ini tidak boleh membuat pesimis. Justru harus optimis saja. Karena dalam negeri saja, industri kopi tumbuh luar biasa dengan tingkat konsumsi tumbuh 8-14%. Persentasenya itu tergantung kota, behaviours (tingkah laku), hingga pendapatan per kapita.
Dan di Asia, Korea menjadi negara yang tingkat konsumsinya sangat tinggi. Bahkan negara-negara maju seperti AS dan Jepang, masih tumbuh 1%. Padahal untuk Jepang misalnya, populasinya bukan seperti Indonesia yang muda di bawah. Jepang justru sebaliknya yakni lebih banyak yang tua. Tapi begitupun, negara seperti itu konsumsi kopinya tetap meningkat. Ini yang membuat masa depan perkopian cukup bagus.
"Kita tidak boleh terfokus pada produksi kopi kurang, cuaca dan lainnya. Kita lihat hal yang positif lah, supaya kita bisa memberdayakan sumner daya yang banyak. Kalau Kita lihat petani kurang sejahtera, ya gimana mereka juga harus memperbaiki diri," kata Irfan.
Dia menegaskan, AEKI akan terus komit bagaimana berdedikasi untuk perkopian dan bagaimana supaya Indonesia bisa mengambil momen yang baik ini. Kopi dalam lima tahun terakhir tumbuh luar biasa. Behaviour dan kelas kopi berkembang yang menandakan jika orang sudah tahu kalau Indonesia memiliki kopi yang bagus. Apalagi dengan berlabel primadona, tentu harga mahal akan tetap melekat pada kopi Indonesia, khususnya kopi Sumatra.