Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Membebaskan Lapangan Merdeka Medan bukan soal romantisme sejarah. Lebih dari itu, Lapangan Merdeka penting dibebaskan sebagai ruang publik. Untuk itu, perlu cara yang efektif, salah satunya dengan membangun narasi besar yang melibatkan banyak komunitas.
Demikian dijelaskan sosiolog Irwasnyah Hasibuan dalam diskusi publik "Memerdekakan Lapangan Merdeka Medan, di Literacy Coffee, Jalan Jati II, No 1, Teladan Timur, Kota Medan, Selasa malam (3/9/2019).
Menurut Irwansyah, selama ini kegagalan merebut kembali Lapangan Merdeka Medan, dikarenakan belum ada narasi besar yang dibangun sehingga tidak berhasil membangkitkan keterlibatan emosi warga Medan dengan situs bersejarah ini.
"Komunitas-komunitas yang ada di Medan bisa memulai dengan kegiatan di sini. Ini salah satu upaya membangun narasi besar yang melibatkan masyarakat, sehingga menimbulkan rasa kepemilikan," katanya.
Salah seorang peserta diskusi Teddy Wahyudi Pasaribu mengatakan, bagi generasi milenial sekarang ini, keberadaan Lapangan Merdeka Medan bisa punya banyak arti, namun tidak bisa dipastikan dalam konteks historis.
"Kami tidak mengalami apa yang dicatatkan sejarah tentang Lapangan Merdeka Medan ini. Mungkin perlu sugesti yang lain sehingga anak-anak muda merasa perlu membebaskan Lapangan Merdeka ini," akunya.
Teddy mencontohkan, masalah regulasi. Apakah alih fungsi itu benar-benar menyalahi atau tidak. Jika menyalahi, sambung Teddy, tentu saja semua elemen harus bergerak.
Selain Irwansyah, pemantik diskusi lainnya adalah Efendy Naibaho. Efendy mengaku pernah menggelar class action menggugat Pemko Medan, tapi upaya itu kandas.
"Tahun 2006, kami gugat Pemko Medan ke PTUN supaya Lapangan Merdeka Medan kembali ke publik, tapi gagal," akunya.