Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Dairi. Populasi ternak babi sesuai data di Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi tahun 2018 sekitar 110.090 ekor. Namun akibat serangan virus African Swine Fever (ASF) kini popolasinya hanya tinggal 30-40%.
Hal itu disampaikan Kabid Peternakan dan Perikanan, drh Ernawati Berutu kepada wartawan saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (24/1/2020). Disebutkannya, untuk jumlah ternak babi yang mati akibat serangan virus ASF dari tahun 2019 sampai Januari 2020 dari laporan masyarakat peternak babi sudah mencapai 13.268 ekor.
“Kendala kami saat ini masih banyak masyarakat yang tidak melaporkan jumlah ternak babinya yang mati kepada petugas PPL dan tim gabungan Unit Reaksi Cepat (URC) dari dinas terkait yang bertugas menagani ternak babi yang mati akibat serangan virus ASF,” kata Ernawati Berutu yang baru sebulan menjabat Kabit Peternakan dan Perikanan.
Menurut Ernawati, jumlah itu akan terus bertambah, mengingat sampai saat itu belum ada vaksin dan obatnya. Untuk pencegahan yang bisa dilakukan saat ini Bidang peternakan dan perikanan hanya melakukan penyemprotan (Desinfeksi) kandang menggunakan desinfektan bagi ternak babi yang terserang penyakit.
“Kalau untuk ternak yang masih sehat kami tidak berani melakukan penyemprotan menghindari penularan dan kami hanya bisa membagikan desinpektan kepada pemilik ternak untuk melakukan penyemprotan sendiri,” sebut Ernawati.
Selain itu menurut Ernawati, pihaknya juga melakukan komunikasi dengan memberikan informasi dan education tentang pencegahan dan penanggulangan wabah penyakit yang disebabkan virus ASF.
“Untuk itu, kami juga telah mendirikan posko pelayanan dengan menempatkan dua orang petugas PPL di setiap kecamatan dan satu posko kabupaten di Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Peternakan,”ucapnya.
Dijelaskan Ernawati, data terbaru jumlah ternak babi yang mati hingga Januari 2020 dari 15 kecamatan di Kabupaten Dairi, untuk Kecamatan Sumbul 491 ekor, Lae Parira 401, Sidikalang 3165 ekor, Sitinjo 823 ekor, Berampu 990 ekor, Siempat Nempu Hilir 700 ekor, Parbuluan 383 ekor, Siempat Nempu Hulu 804, Siempat Nempu 1323 ekor, Pegagan Hilir 564 ekor, Silima Pungga-pungga 189 ekor, Tigalingga1521 ekor, Tanah Pinem 438 ekor, Gunung Sitember 254 ekor, Silahisabungan 94 ekor, Laporan kelopok tani 520 ekor dan tim URC Dairi 608 ekor.
“Untuk jumlah ternak babi yang mati terbanyak terjadi di Kecamatan Sidikalang sekitar 3.165 ekor. Sedangkan untuk Kecamatan Silahisabungan yang sebelum aman dari serang virus ASF, kini sudah mulai terserang,” terangnya.