Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pasar keuangan adalah pasar yang sangat dinamis. Nilai tukar mata uang, tingkat suku bunga, harga saham, harga obligasi dan instrumen-instrumen pasar keuangan lainnya setiap saat bergerak sejalan dengan dinamika yang terjadi di dunia.
Tidak selamanya pergerakan yang terjadi di pasar keuangan ini memberikan dampak yang menguntungkan.
"Sebagai contoh, kenaikan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah dapat meningkatkan biaya produksi importir. Di sisi lain, kondisi ini juga dapat memberatkan bagi orang tua yang anaknya sedang bersekolah di luar negeri. Contoh berikutnya dapat kita lihat saat terjadi kenaikan suku bunga, perusahaan-perusahaan yang memiliki utang dengan skema pembayaran bunga floating (mengambang mengikuti pergerakan suku bunga acuan) pasti akan menanggung tambahan beban bunga yang harus dibayarkan," ujar Head of Region BNI Wilayah Medan, Martinus Matondang, dalam keterangannya, Kamis (5/3/2020).
Martinus mengatakan, kemudahan akses terhadap berita dan data sekarang ini sedikit banyak dapat membantu nasabah untuk melakukan analisa terhadap arah pergerakan instrumen-instrumen pasar keuangan.
Selanjutnya, berdasarkan prediksi inilah para pelaku usaha maupun individu-individu yang berkepentingan dapat menyusun rencana lindung nilai (hedging) yang sesuai dengan kebutuhannya.
"Lindung nilai (hedging) adalah cara atau teknik untuk mengurangi risiko yang timbul maupun yang diperkirakan akan timbul akibat adanya fluktuasi harga di pasar keuangan. Untuk memenuhi kebutuhan nasabah inilah BNI menawarkan ragam produk lindung nilai (hedging) yang dapat dimanfaatkan untuk melindungi aset, kewajiban maupun arus kas nasabahdari dampak negatif pergerakan pasar keuangan," jelasnya.
Saat ini, BNI sudah menghadirkan tool yang dapat memudahkan nasabah untuk mengetahui profil risiko keuangannya melalui aplikasi BNI Digihedge yang dapat diakses melalui situs BNI.
"Sekaligus kami juga memberikan berbagai alternatif solusi. Mulai dari transaksi yang sederhana seperti forex Tom, Spot dan Forward sampai transaksi derivatif yang rumit seperti Interest Rate Swap (IRS), Cross Currency Swap (CCS), Call Spread Option(CSO) dan jenis transaksi lainnya," tuturnya.
Sebagai pemain utama penyedia layanan transaksi lindung nilai (hedging) di Indonesia, lanjutnya, BNI berkomitmen untuk selalu memberikan layanan terbaik kepada nasabahnya.
Hal ini terbukti dengan penghargaan yang diterima BNI dari Alpha Southeast Asia, majalah investasi institusional pertama dan satu-satunya yang berfokus pada Asia Tenggara, berupa penghargaan sebagai Best Corporate Treasury Sales & Structuring Team dan Best FX Bank for Structured Hedging Solutions & Proprietary Trading Ideas di tahun 2019.
Penghargaan ini melengkapi kepercayaan dari nasabah untuk bertransaksi dengan BNI. Volume transaksi forex dan lindung nilai BNI pada tahun 2019 meningkat sebesar 5, 77% dibanding dengan volume transaksi tahun 2018 dengan total nilai transaksi mencapai US$ 38, 72 miliar.
Selanjutnya, BNI juga menawarkan kemudahan yang sangat menarik untuk bertransaksi hedging. Kalau sebelumnya nasabah yang akan melakukan transaksi lindung nilai (hedging) terlebih dahulu harus memiliki fasilitas treasury line atau menyerahkan jaminan berupa marginal deposit yang diblokir dan diikat gadai sebesar 100% dari nilai transaksi, sekarang nasabah cukup menyiapkan marginal deposit sebesar sebesar 1,2 x FKK x nominal transaksi.
FKK (Faktor Konversi Kredit) merupakan angka prosentase yang menunjukkan besarnya risiko kredit yang timbul akibat transaksi forex atau derivatif untuk jangka waktu tertentu.
Selain itu, khusus bagi nasabah yang selama ini sudah rutin melakukan transaksi forex dan transaksi lindung nilai (hedging) dengan BNI bisa mendapatkan keringanan besarnya marginal deposit yang harus diserahkan. "Dengan adanya kemudahan ini, BNI yakin akan terus menjadi pilihan utama nasabah yang akan melakukan transaksi forex dan transaksi lindung nilai (hedging)," tutur Martinus Matondang.