Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Perempuan bertubuh seksi itu. Ada pula yang menulis “perempuan berbibir sensual.” “Berambut bak mayang terurai.” Bahkan ada yang menggambarkan “bertubuh bahenol".
Begitulah, terkadang kita membaca berita media massa, dan komentar pembawa acara di televisi. Juga dalam pergunjingan sehari-hari. Apalagi jika menyangkut seorang artis, selebritis atau penyanyi.
Padahal, perempuan tidak hanya mempunyai fisik. Ada juga pikiran, dan hati nurani Seorang artis perempuan bisa juga ditulis sebagai pemeran apa dalam lakon film apa. Atau penyanyi pop bertalenta luar biasa. Bisa pula tentang pendidikan, atau hobinya membaca novel Ptamoedya Ananta Toer.
Demikianlah, media dan kita masih sangat patriarkis,meski bukan generalisasi. Memandang perempuan dengan “mata lelaki.” Padahal, kecuali jenis kelamin, perempuan sama saja dengan lelaki. Bisa berpikir, berprestasi dan berprofesi seperti lelaki.
Sesungguhnya, perempuan bukan sekedar alat reproduksi, sekadar obyek. Tetapi menjadi subyek jika merunut Simone de Bauvoir dalam karyanya, The Second Sex. Ada kesetaraan gender yang tak lagi terkungkung, dalam bahasa populer, sumur, dapur dan kasur.
Perempuan dalam "Calon Arang" novel karya Pramoedya Ananta Toer akhirnya mati membawa sakit hati. "Ada perempuan yang diperlakukan tidak adil oleh kehidupan. Muridku, menyebarlah ke selatan, ke utara, timur dan barat. Sebarkanlah rasa sakitku ke seantero dunia!" rintih Calon Arang. Ia janda. Ia berjuang melawan takdir bahwa seorang janda harus ikut mati bersama suaminya.
Bersama puterinya, Ratna Menggali, ia tuntut hak yang sama dengan lelaki. Tapi ia akhirnya mati di tangan musuh yang menyimbolkan patriarki.
Perempuan dalam "Larasati" karya Pram yang lain juga adalah seseorang yang melambaikan selendang dengan hati murka. Larasati si jelita di tengah api revolusi. Ara bintang film cantik hidup dalam deru dan debu perang. Lalu, ia ikut bertempur.
"Walaupun pintar-pintar, cantik-manis, gagah tampan, apalagi pemuda pemudinya, kelak hanya sekedar beranak pinak bagai kawanan serangga, jika tidak punya keberanian," kata Pram, suatu kali.
Kita kenang Marianne dengan dada terbuka karena pakaiannya koyak moyak. Ia acungkan tinjunya dan sebelah tangannya menggenggam bendera Perancis. Pelacur di Pigalle Paris turut melawan kepungan tentara asing di masa silam. Patung Marianne dengan payudara tersibak dan mata menyala tak mengobarkan berahi.