Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut mencatat, jumlah penduduk miskin di Sumatra Utara (Sumut) pada Maret 2020 bertambah 23.000 orang menjadi 1,28 juta orang dari 1,26. Penambahan ini membuat penduduk miskin kini sekitar 8,75% dari total penduduk Sumut. Padahal di periode September 2019 masih sekitar 8,63% dari total penduduk Sumut.
Kepala Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik BPS Sumut, Fadjar Wahyu Tridjono, mengatakan, jumlah penduduk miskin di Sumut masih lebih tinggi di daerah perdesaan yakni sekitar 8,77% dan di perkotaan sebesar 8,73%. "Tapi penduduk miskin di perkotaan pada Maret 2020 naik sebesar 0,34 poin. Sedangkan di daerah justru turun 0,16 poin dibandingkan September 2019," katanya, Rabu (15/7/2020).
Fadjar mengatakan, Garis kemiskinan di Sumut pada Maret 2020 tercatat sebesar Rp 502.904/kapita/bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp 376.790 (74,92%) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp 126.114 (25,08%). Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinannya sebesar Rp 518.218/kapita/bulan dan untuk daerah perdesaan sebesar Rp 484.717/kapita/bulan.
Untuk diketahui, Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Jadi mereka yang masuk dalam kategori penduduk miskin adalah yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya hampir sama. Beras masih berperan sebagai penyumbang terbesar Garis Kemiskinan baik di perkotaan (19,85%) maupun di perdesaan (29,74%).
Empat komoditi makanan lainnya penyumbang terbesar Garis Kemiskinan di perkotaan adalah rokok kretek filter (12,95%), tongkol/tuna/cakalang (4,07%), telur ayam ras (3,74%), dan cabai merah (3,06%). Sementara di perdesaan, empat komoditi makanan lainnya penyumbang terbesar adalah rokok kretek filter (9,64%), telur ayam ras (3,22%), tongkol/tuna/cakalang (3,02%), dan gula pasir (2,97%).
Fadjar mengatakan, beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Sumut pada periode September 2019 hingga Maret 2020 diantaranya selama periode tersebut angka inflasi umum tercatat sebesar 0,45%. Kemudian Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2020 turun jadi 4,73% dari Agustus 2019 sebesar 5,41%, pertumbuhan ekonomi cukup stabil meskipun sedikit melambat dari 5,21% pada Triwulan IV-2019 menjadi 4,65% pada Triwulan I-2020.
"Daya beli petani di Sumut selama beberapa periode terakhir juga menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, dimana NTP September tahun 2019 sebesar 97,34 meningkat menjadi 109,41 di Maret 2020. Ini juga mempengaruhi tingkat kemiskinan di perdesaan," kata Fadjar.