Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Maskapai Amerika Serikat, United Airlines mencatatkan kerugian sebesar US$ 1,6 miliar pada kuartal II tahun ini atau sekitar Rp 23,2 triliun (dalam kurs Rp 14.500/US$). Pandemi Corona yang menghantam keras industri penerbangan negeri Paman Sam dinilai jadi biang keroknya.
Dilansir dari CNN, Selasa (22/7/2020) pendapatan United Airlines turun hampir 90% dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu.
Keuangan United Airlines pun mulai berdarah-darah. Maskapai mengaku mengalami kerugian US$ 40 juta setiap harinya atau sekitar Rp 580 miliar. Pendapatan di bulan April saja disebut turun hingga US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,45 triliun.
"Kami sudah berupaya membuat United mengalami kerugian lebih sedikit dan pembakaran uang lebih rendah pada kuartal kedua daripada pesaing jaringan besar kami," kata CEO Scott Kirby dalam keterangannya.
"Dengan cepat dan akurat, kami memperkirakan dampak COVID-19 terhadap permintaan penumpang dan kargo. Kami menyesuaikan jadwal kami dengan permintaan yang berkurang itu, menyelesaikan kesepakatan pembiayaan utang terbesar dalam sejarah penerbangan, dan memotong biaya di seluruh bisnis kami," lanjutnya.
Maskapai di AS kini sedang berusaha keras untuk menumpas kecemasan konsumen tentang penerbangan selama pandemi COVID-19. Bulan lalu, mereka mengumumkan mereka akan melarang penumpang yang menolak untuk memakai penutup wajah.
United Airlines sendiri baru-baru ini mengatakan akan meningkatkan sirkulasi udara di pesawatnya selama naik dan turun pesawat.
Tak satu suara, para pejabat kesehatan di AS justru mengatakan terbang di era wabah Corona beresiko tinggi. Sebagian besar calon penumpang diminta tinggal di rumah.
Lalu lintas bandara pun masih belum menunjukkan pemulihan berarti. Jumlahnya masih turun lebih dari 70% sejauh ini di bulan Juli dibandingkan dengan tahun lalu. Belum lagi gelombang kedua Corona di seluruh AS sedang memanas, menunda kebangkitan dalam perjalanan udara yang diharapkan.
United Airlines sendiri sudah menyatakan puluhan ribu pekerjanya bisa di-PHK pada bulan Oktober kalau kondisinya masih sama seperti ini.
Untuk tetap bertahan, United Airlines sendiri melakukan pinjaman dari bank. Sejak krisis COVID-19 dimulai, perusahaan itu mendapatkan dana cair dengan total US$ 16,1 miliar melalui penawaran utang, menerbitkan saham, dan hibah serta pinjaman federal.
Perusahaan masih mempertimbangkan apakah akan menerima pinjaman baru dari Departemen Keuangan. Mereka akan memutuskan hal ini di bulan September.(dtf)