Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Setelah sempat meroket ke RM 2.778/metrik ton pasca Cina keluar dari resesi, tren penguatan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) kini terhenti. Harga CPO saat ini hanya dijual dikisaran RM 2.677/metrik ton. Penurunan ini pun dikhawatirkan bakal berdampak terhadap harga yang diterima petani.
Keluarnya Cina dari resesi memang berhasil membuat harga CPO meroket seketika. Hal itu karena Cina merupakan konseumen terbesar CPO. Namun dampak dari resesi yang melanda sejumlah negara besar seperti Eropa maupun Amerika Serikat (AS) menjadi hambatan buat CPO untuk menguat lebih jauh.
"Meskipun Cina membaik, namun jika nantinya konsumsi CPO dari negara lain justru turun juga bisa berdampak buruk bagi harga CPO," kata pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Selasa (4/8/2020).
Selain resesi yang melanda sejumlah negara di dunia, kinerja harga CPO juga dipengaruhi oleh tren hubungan dagang antara banyak negara di dunia. Khususnya hubungan antara AS dan Cina. Belum lagi berbicara mengenai tren perkembangan covid-19 yang semakin memburuk. Semua sentimen tersebut bisa menghempaskan harga CPO nantinya.
Gunawan mengatakan, kondisi ekonomi belakangan ini sangat buruk bagi kinerja harga CPO ke depan. Menurutnya, meskipun CPO masih mampu menguat dibandingkan kuartal kedua yang tertekan, tetapi tekanan tersebut belum sepenuhnya sirna. Masih ada banyak sentimen negatif yang bisa saja menekan harga CPO ke depan.
"Selama perang dagang berkecamuk dan covid-19 masih ganas, saya yakin selama itu pula belum ada kepastian bahwa harga CPO bisa menguat dalam jangka waktu panjang," kata Gunawan.
Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sumut, Gus Dalhari Harahap, mengatakan, harga TBS sawit di petani pekan lalu masih mencatatkan tren kenaikan. "Tapi melihat penurunan harga CPO, bisa jadi harga di petani akan ikut melorot. Kita lihat besok. Karena harga di petani dan harga penetapan provinsi biasanya baru keluar setiap hari Rabu. Tentu kami tetap berharap harga di petani tidak akan terkoreksi banyak," katanya.