Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan data ekonomi RI di kuartal II-2020. Hasilnya ekonomi RI terkontraksi -5,32%. Pengumuman itu tentu membuat masyarakat heboh dan khawatir. Sayangnya ada oknum yang tidak bertanggung jawab yang menyebarkan pesan berantai untuk mengajak masyarakat menarik dananya di perbankan.
"Dengan masih terjaganya kondisi perbankan di tengah wabah, pesan berantai yang mengajak masyarakat untuk menarik dana di perbankan dapat dipastikan adalah Hoax yang harus dilawan. Pesan hoax ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan juga perekonomian nasional yang sesungguhnya saat ini masih stabil dan sehat. Oleh karena itu penegak hukum perlu mengambil Langkah-langkah untuk menghentikan peredaran pesan yang menyesatkan ini," kata Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah dalam keterangan tertulis, Rabu (5/8/2020).
Dia menyarankan masyarakat agar tidak mudah percaya dengan ajakan tersebut. Perbankan nasional masih dalam keadaan yang baik, meski ada beberapa yang menghadapi masalah likuiditas.
"Terkait isu beberapa bank mengalami permasalahan likuiditas, isu tersebut tidak sepenuhnya benar. Permasalahan likuiditas yang dihadapi beberapa bank tertentu masih dalam batas-batas yang bisa dikelola oleh otoritas," ujarnya.
Dia mencontohkan, permasalahan Bank Bukopin misalnya, sudah diselesaikan dengan dengan masuknya tambahan modal Kookmin Bank. Hal itu menunjukkan permasalahan perbankan nasional masih bisa diperbaiki dan tidak menunjukkan permasalahan serius yang menimbulkan masalah sistemik.
"Saat ini kondisi perbankan nasional kita masih stabil dan sehat. Indikator-indikator perbankan menunjukkan bahwa memang terjadi penurunan di beberapa bank tetapi secara keseluruhan masih baik. Beberapa bank bahkan masih mencatatkan kenaikan keuntungan selama semester I tahun 2020. Likuiditas bank terjaga. Kualitas Aset masih baik sehingga memungkinkan bank untuk tetap mendapatkan keuntungan. Memang rasio Non Performing Loans mengalami kenaikan, tetapi kenaikannya masih dalam batas aman. NPL perbankan masih di bawah batas psikologi 5%," terangnya.
Terkait pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi menurut Piter itu merupakan hal yang wajar. Bahkan dia tidak menampik Indonesia bakal memasuki resesi. Tapi hal itu pun sesuatu yang wajar di tengah pandemi.
"Pertumbuhan ekonomi dipastikan negatif. Resesi kemudian menjadi sebuah kenormalan baru. Semua negara diyakini tinggal menunggu waktunya saja untuk menyatakan secara resmi sudah mengalami resesi. Proses resesi nya sendiri sudah berlangsung sejak awal tahun Ketika wabah covid mulai melanda China dan menyebar ke berbagai negara," tuturnya.
Menurutnya semua negara berpotensi mengalami resesi. Perbedaannya hanya masalah kedalaman dan kecepatan dalam pemulihannya. Negara-negara yang bergantung kepada ekspor akan mengalami tekanan yang lebih tinggi, sehingga kontraksi ekonomi akan jauh lebih dalam.
"Misalnya saja Singapura yang mengalami kontraksi ekonomi pada triwulan 2 hingga minus 41 persen. Di sisi lain, negara-negara yang tidak secara cepat merespon dampak wabah COVID, menyelamatkan perekonomiannya, berpotensi jatuh ke jurang krisis, yang artinya proses recovery akan berjalan lambat," tuturnya.
Untuk Indonesia, Piter meyakini akan akan mengalami resesi. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III dan IV diperkirakan negatif. Dengan demikian, apabila perkiraan ini benar-benar terjadi, maka Indonesia pada bulan Oktober nanti akan secara resmi dinyatakan resesi.
"Meskipun Indonesia nanti dinyatakan resesi, masyarakat tidak perlu panik. Sekali lagi resesi sudah menjadi sebuah kenormalan baru di tengah wabah. Hampir semua negara mengalami resesi. Yang lebih penting adalah bagaimana dunia usaha bisa bertahan di tengah resesi. Apabila dunia usaha bisa bertahan, tidak mengalami kebangkrutan, maka kita akan bisa bangkit Kembali dengan cepat ketika wabah sudah berlalu," tutupnya.(dtf)