Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Dalam benak masyarakat awam, inovasi seringkali dikaitkan dengan hal-hal sulit dan penuh risiko. Padahal, inovasi justru diperlukan dalam menghadapi situasi yang terus berubah akibat pandemi Covid-19 ini. Karena justru pada kondisi penuh ketidakpastian inovator atau wirausahawan harus terpanggil untuk ikut serta dalam mengatasi perubahan situasi yang tidak hanya cepat namun juga kompleks.
"Inovasi salah satu instrumen yang sangat diperlukan guna merespon perubahan seperti saat pandemi Covid-19 ini. Pasalnya, inovasi tidak hanya akan berdampak merubah kondisi lebih baik dari sebelumnya, tapi juga diharapkan mampu membawa perbedaan yang signifikan dalam nilai manfaat baik dari sisi ekonomi maupun sosial," kata Dosen & Fasilitator Strategi dan Manajemen Inovasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB-UI), Dr Avanti Fontana, dalam acara Dialog Produktif secara virtual bertema Berinovasi dan Optimis Meningkatkan Usaha di Masa Pandemi, Jumat (6/11/2020).
Avanti mengatakan, produk-produk solutif yang dihasilkan wirausahawan bukanlah sesuatu yang dihasilkan tiba-tiba, tapi dilakukan secara sistematis, dan memiliki tujuan untuk menyelesaikan masalah. Kalau bicara pandemi, tentu tujuannya bagaimana mengatasi pandemi dan tujuan yang lebih besar adalah menggapai kesejahteraan baik dalam jangka dekat maupun jangka panjang.
Dia mengatakan, hal-hal yang perlu direspon saat pandemi Covid-19 ini adalah inovasi yang dapat membantu Indonesia keluar dari kondisi ketidakpastian. Untuk hal ini perlu sensitivitas yang tinggi dalam menemukan peluang yang tepat.
Pemerintah tentu turut berperan dalam menciptakan kondisi ekosistem yang kondusif agar inovasi tersebut berjalan dengan baik terutama di tengah pandemi ini. Data dari Index Inovasi Global yang diterbitkan oleh INSEAD bekerjasama dengan WIPO, pada tahun 2017-2020, tingkat inovasi Indonesia cukup stabil di angka 30/100. Di tahun 2020, skor Indonesia 26/100.
"Di sini menunjukkan bahwa betapa besarnya peluang inovasi bisa tumbuh di Indonesia. Itu butuh regulasi yang kondusif," terang Avanti.
Menurut Chief (In Hospital) Business Officer & Co Founder HaloDoc, Doddy Lukito, saat menemukan solusi pertama kali, mungkin itu tidak langsung tepat guna. "Kita pantau terus hasilnya seperti apa, sambil kita terus beradaptasi untuk mencapai hasil yang kita harapkan. Dari situ kita terus berevolusi," terangnya.
Dari data internal HaloDoc, saat pandemi Covid-19 (Maret-Mei) transaksi tele konsultasi dengan dokter melalui platform HaloDoc meningkat 6x lipat. Lalu terjadi juga peningkatan sebesar 300% terhadap transaksi pembelian obat melalui aplikasi. Kemudian jumlah pengguna aktif HaloDoc sempat mencapai 20 juta/bulan. Ini semua dikarenakan adanya layanan tes Covid-19, memfalisitasi tes Covid-19 secara drive thru.