Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Di era akhir tahun 80an hingga pertengahan tahun 90an, nama Abdi Pohan sempat melejit sebagai atlet tinju nasional. Bagaimana tidak, baru dua tahun menapaki karier di ring tinju pada pada tahun 1987, dia pun berhasil keluar sebagai juara dalam pertarungan 4 ronde pada tahun 1989. Tak hanya itu, pada tahun 1993 dia pun berhasil menjuarai IBF Intercontinental dengan mengalahkan petinju Thailand bernama Chompayak. Total, Abdi Pohan berhasil menjuarai IBF Intercontinental kelas terbang tersebut sebanyak 6 kali, hingga akhirnya kalah saat bertarung di Afrika Selatan.
Namun, seiring berjalannya waktu, nama Abdi Pohan pun kian meredup. Kini, dia pun harus berjuang menyambung hidup sebagai driver ojek online (ojol) di Kota Medan. "Saya sejak 2017 mulai menjadi driver ojol. Karena itu yang ada (kerjaan), cukup nggak cukup ya dicukupkan," ungkapnya saat ditemui di sela-sela kegiatannya, Selasa (1/12/2020).
Kendati begitu, Abdi mengaku tetap bersyukur atas pekerjaannya sekarang. Meski dia mengakui, pendapatan driver ojol saat ini sudah sangat jauh menurun ketimbang saat dia pertama kali memulai. "Bahkan, karena pandemi Covid-19 ini, saya pun pernah sampai harus berhutang untuk memenuhi kebutuhan hidup," ucapnya.
Abdi menceritakan, awal mula dia bertinju, ketika tamat SMA di Bangka Belitung. Saat itu karena dilarang oleh orang tuanya bertinju, dia pun berencana kuliah di Kota Bandung.
Akan tetapi, saat itu dia mendapatkan kabar kalau abangnya yang berada di Kota Malang mengalami kecelakaan. Karenanya, dia pun memutuskan untuk pergi mengunjungi abangnya.
"Ternyata abang saya berteman dengan Wongso Suseno yang merupakan petinju pertama Indonesia yang bisa menjuarai level internasional. Sehingga saya pun dilatihnya," jelasnya.
Dari sini, Abdi mengaku memulai karirnya di tinju profesional hingga meraih banyak gelar juara baik di dalam maupun luar negeri. Namun disayangkan, pada tahun 1996 Abdi mengelami kecelakaan lalu lintas, sehingga dia memutuskan untuk pensiun. "Saat itu saya geger otak. Saya nggak berani lagi naik ke ring tinju karena beresiko," kenangnya.
Abdi menyebutkan, pada tahun itu pula dia menikahi istrinya yang merupakan orang Medan. Setelah pensiun Abdi bersama istri masih tinggal di Malang, hingga pada tahun 2001 memutuskan pindah di Medan, dan hingga kini tinggal di Jalan Garuda, Sei Sikambing.
Setelah di Medan, Abdi mengatakan dirinya sempat bekerja sebagai satpam. Meski dia sempat melatih, walau tidak lama. "Kalau ada tawaran melatih tinju lagi ya mau. Tapi masalahnya di Medan ini sasana profesionalnya tidak ada," tuturnya.
Untuk itu, Abdi mengaku berharap Kota Medan ke depan bisa lebih maju terutama pada cabang olahraga tinjunya. Karena menurut dia, di Medan sangat banyak bibit-bibit petinju berbakat. "Harapannya, tinju di Medan bisa lebih disegani," imbuhnya.
Sebagai mantan atlet berprestasi, Abdi mengaku baru sekali mendapatkan bantuan dari pemerintah. Bantuan itu diberikan oleh Menpora Imam Nahrawi sebesar Rp 40 juta.
"Tapi kini saya hanya bisa bekerja menjadi driver ojol. Mudah-mudahan ada perhatian pemerintah," tandas Abdi seraya mengaku sering mangkal di Ranggali Kopi Jalan Kasuari, Medan Sunggal.