Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Cathay Pacific Airways Ltd mengalami kerugian bersih sebesar US$ 2,8 miliar atau setara Rp 40,4 triliun (kurs Rp 14.300) selama 2020. Hal itu akibat adanya pembatasan perjalanan karena pandemi virus Corona (COVID-19).
Dilansir Bloomberg, Kamis (11/3/2021), kerugian itu menjadi yang terburuk dalam sejarah industri aviasi. Tahun 2020 dinilai paling menantang yang dialami perusahaan selama 70 tahun beroperasi.
Pemimpin Cathay Pacific, Patrick Healy mengatakan pandemi COVID-19 memberikan ketidakpastian bisnis bahkan sampai beberapa bulan mendatang. Dia berharap dapat beroperasi dengan kapasitas penumpang di bawah 50% pada tahun 2021.
"Kondisi pasar tetap menantang dan dinamis. Belum jelas bagaimana pandemi dan dampaknya akan berkembang selama beberapa bulan mendatang," katanya.
Cathay Pacific mengaku akan bertahan dengan mempertahankan pemotongan gaji eksekutif hingga tahun ini. Pihaknya juga telah meminta karyawan untuk mendaftar program cuti khusus ketiga pada paruh pertama 2021, yang 80% di antaranya telah setuju.
Meskipun beberapa negara mulai melonggarkan aturan saat memasuki akhir tahun, laporan keuangan perusahaan justru menunjukkan kerugian meningkat memasuki paruh kedua 2020.
Kerugian Cathay Pacific membengkak US$ 1,5 miliar atau setara Rp 21,45 triliun. Padahal pada paruh pertama, perusahaan sudah rugi hingga US$ 1,3 miliar atau setara Rp 18,59 triliun.
Nilai tersebut jauh lebih buruk jika dibanding kinerja tahun 2019, yang mana perusahaan berhasil mencetak keuntungan US$ 216 juta atau setara Rp 3 triliun. Pihaknya saat ini hanya bisa menutupi kerugian dari meningkatnya biaya pengiriman kargo.(dtf)