Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pemerintah memutuskan untuk melakukan impor beras 1 juta ton di awal tahun 2021 ini. Impor beras ini dilakukan dengan alasan untuk menjaga stok beras nasional. Menurut aktivis 98 sekaligus pemerhati sosial politik, Simson Simanjuntak, kebijakan pemerintah mengimport beras saat ini sangat tidak masul akal dan harus dibatalkan.
Menurut Simson Simanjuntak, produksi beras tahun 2020 menurut BPS adalah 31.334.497 Ton. Sementara kebutuhan beras nasional = jumlah penduduk x konsumsi beras/kapita/tahun = 270 Juta x 92,9 Kg/kapita/tahun (Sumber: BPS, 2020) = 25 juta ton beras.
"Itu berarti masih ada sisa/surplus beras 2020 kurang lebih 6 juta ton beras. Sementara ditambah hasil panen bulan Januari, Februari hingga Maret 2021 diperkirakan ada kurang lebih 14 juta ton," kata Simson dalam keterangan tertulisnya, Senin (15/3/2021).
Jika ditambahkan sisa panen tahun 2020 dengan hasil panen tahun 2021, papar Simson, maka Indonesia punya stok cadangan beras sebanyak 20 juta ton beras. "Artinya, stok cadangan beras kita masih cukup untuk 6 bulan ke depan. Ini belum lagi ditambah dengan akan tibanya panen raya padi di sebahagian besar pulau Jawa dalam beberapa minggu ke depan," paparnya.
Kata Simson lagi, kengototan pemerintah melakukan kebijakan impor beras dengan alasan menjaga ketersediaan stok beras nasional sangat tidak bisa diterima akal dan patut dicurigai ada apa motif yang melatar belakanginya.
"Menurut saya, gak ada alasan yang tepat dari kebijakan import beras saat ini kecuali memburu rente yang berakibat menyengsarakan petani kita. Saya menyarankan agar Presiden segera memerintahkan Menteri Perdagangan untuk membatalkan impor beras tahun ini," ujarnya.
Pemerintah menjelaskan pemberian alokasi impor beras pada Perum Bulog tahun ini dilakukan sebagai antisipasi atas pandemi yang berkepanjangan. Importasi pun dilakukan untuk memastikan pemerintah bisa terus menyalurkan beras ketika ada gangguan pasokan dari produksi di dalam negeri.
“Sebagaimana diketahui kita masih di situasi pandemi. Dari FAO sendiri ada potensi krisis pangan dan semua negara harus menjaga ketersediaan. Pasar pangan juga jarang, jadi kita harus antisipasi. Jangan sampai nanti pasokan di luar tidak ada dan di sini juga tidak ada, kita harus siap-siap,” kata Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud kepada Bisnis.com, Minggu, 7 Maret 2021.
Musdhalifah mengatakan impor tetap akan dilakukan meski terdapat potensi produksi tahun ini akan naik. Dia menjelaskan potensi surplus beras yang dinikmati Indonesia tahun ini tidak terlalu besar dan berpeluang membuat pasokan ketat.
Di sisi lain, Musdhalifah mengemukakan stok cadangan yang dikelola Bulog telah berada di angka 1 juta ton atau berada di bawah volume minimal yang diamanatkan pemerintah untuk stabilitas pasokan. Karena itu, stok beras Bulog perlu ditambah di tengah berlanjutnya tugas penyaluran beras untuk mencegah munculnya spekulasi harga.
“Jadi ini bagian antisipasi. Selain itu hasil panen raya sekarang hanya bisa digunakan beberapa bulan, sampai akhir tahun kita harus antisipasi terus,” katanya.