Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Dairi. Aliansi pemuda pejuang tani yang berasal dari Kecamatan Silima Pungga-Pungga, Lae Parira, Sumbul, Sidikalang serta elemen pemuda Gema (Gerak Mahasiswa Dairi) dan LBH SIKAP menolak kehadiran tambang dan meminta pemerintah tidak mengeluarkan izin Addendum Amdal RKL-RPL Tipe A PT DPM (Dairi Prima Mineral).
Seruan tolakan itu mereka sampaikan, Sabtu, (26/6/2021) saat menggelar kegiatan live musik seruan alunan nada pemuda untuk Dairi di Pondok Santai, Kecamatan Sidikalang. Dengan tema "Jangan Jadikan Dairi Lapindo 2".
Koordinator kegiatan, Dobes Sinambela yang berasal dari Desa Pandingan Kecamatan Lae Parira mengatakan, live musik ini adalah salah satu rangkaian penolakan atas kehadiran PT DPM yang saat ini sedang melakukan perbaikan Addendum Amdal DPM untuk mendapatkan izin operasional.
"Kami pemuda pejuang tani yang sejak dari kecil yang dibesarkan oleh petani dan hidup dari hadil-hasil pertanian. Sampai sekarang kami masih merasakan hasil-hasil pertanian, jadi kami tidak ingin kedatangan pertambangan PT DPM merusak sumber kehidupan kami di desa," kata Dobes.
Dobes berharap pemerintah menolak kehadiran dan tidak memberikan izin beroperasinya PT DPM di Kecamatan Silima Pungga-Pungga. "Penolakan terhadap PT DPM kami lakukan, karena kami tidak ingin Dairi menjadi Lapindo dua," ucapnya.
Menurutnya, bencana lumpur Lapindo pada tahun 2006 yang silam di Sidoarjo telah menewaskan puluhan warga, menguburkan 16 des dan ribuan warga harus mengungsi selamanya dari kampung halaman mereka.
Peristiwa ini menjadi bukti monumen sejarah bagi bangsa dan negara ini, bahwa tambang hanya mensejahterakan sekelompok orang dan lebih banyak menyengsarakan masyarakat. Ditambah lagi bencana ekologis yang di ditimbulkannya, konflik sosial yang diciptakan dengan sengaja oleh perusahaan untuk memecah bela warga dengan iming iming akan memberikan iming-iming pekerjaan, bantuan CSR yang menggiurkan dan fasilitas yang diberikan kepada sebagian tokoh agama, tokoh adat dan ormas yang pro perusahaan termasuk praktek-praktek suap kepada pejabat setempat.
"Kami pemuda tani sebagai pewaris bumi menyatakan bahwa kehidupan dan keberlangsungan lingkungan, sungai, tanah, hutan dan sumber air akan menentukan nasib dan masa depan," ucapnya.
Ratusan tahun dari generasi ke generasi pemuda meyaksikan langsung bahwa mata pencaharian orang tua dari bertani sangatlah cukup untuk memenuhi kehidupan rumah tangga petani bahkan memberangkatkan dan menghantarkan mereka sampai duduk dibangkuh kuliah.
"Oleh karena seruan pemuda tani ini kembali menegaskan bahwa kami tidak ingin kehilangan hasil hasil bumi seperti padi, durian, coklat, kopi, gambir, manggis, duku dan komoditi andalan lainnya di Dairi," sebutnya.
Ditambahkannya, sejak hadirnya PT DPM terjadi konflik sosial yang mencederai kehidupan harmonis masyarakat Dairi selama ini. Menimbulkan perpecahan di tengah-tengah masyarakat dengan penggunaan identitas kesukuan, terancamnya dan pembungkaman berpendapat dengan narasi hoax berhadapan dengan masyarakat pro tambang, setelah sekian tahun masyarakat Dairi hidup berdampingan dengan harmonis dan menjunjung tinggi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
"Oleh karena itu, kami aliansi pemuda Dairi memanggil, mari tolak addendum Amdal PT DPM
dan pembangunan bendungan limbah raksasa di Dairi. Mari rapatkan barisan melawan perusak lingkungan di bumi Dairi yang kita cintai," ajaknya.