Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Cerita tentang pengalaman berjumpa dengan kuyang ketika kecil membuat Achmad Benbela menulis sebuah buku. Karya perdana berjudul Kuyang: Sekutu Iblis yang Selalu Mengintai itu meramaikan jagat buku horor.
Di balik proses kreatifnya, Achmad Benbela menceritakan juga mendapat teror serupa ketika menulis buku. Teror itu secara tak disadari didapatkan oleh tetangga dari dua barak (rumah) di sampingnya tersebut.
"Waktu nulis ini kan (buku Kuyang), mereka (makhluk halus) kan cenderung tabu atau aib. Nggak suka kalau ada yang ngobrolin membahas tentang mereka," cerita Achmad Benbela kepada detikcom via virtual.
Pria yang tinggal di Sampit, Kotawaringin Timur menceritakan tetangga rumahnya yang punya bayi umur setahun itu selalu menangis setiap malam. Bayi itu pun lalu sakit dan dibawa ke Puskesmas ketika esok harinya.
Tapi kondisi kesehatan bayi itu tak kujung membaik. Sampai akhirnya keluarga itu mengaku mengungsi ke rumah saudara, tak disangka mereka tak pernah kembali ke rumah tersebut.
Beben baru sadar ketika rumah itu kosong. Ada berbagai teror yang menghantuinya. Tembok belakang dapur setiap malam selalu ada yang mukul, banyak suara burung ketika dini hari, sampai suara berisik seperti orang berjalan di atas atap rumah.
"Saya baru sadar kalau ada yang nggak beres ketika barak itu kosong, ada suara macam-macam. Saya nggak tahu yang datang apa," tuturnya.
Kuyang, Novel misteri karya Achmad Benbela. Foto: Muhammad Ridho
Peristiwa serupa juga dialami oleh tetangga paling ujung dari barak tersebut. Setiap kali istrinya mengaji atau membaca Al Quran, maka suaminya bakal ketawa atau marah-marah dengan suara berat.
"Itu yang bikin saya merasa, ternyata dapat teror. Padahal sebelum menulis buku ini, saya hanya merasa para penulis horor didatangi makhluk yang ditulisnya itu hanya sugesti saja," lanjut beben.
Sebelumnya, Beben juga pernah mendapatkan peringatan dari narasumber buku Kuyang. Menurut penuturannya, mereka (kuyang di kawasan desa tersebut) tidak suka ketika Beben menuliskan ceritanya.
"Makanya ada yang mampir," tegasnya.
Setelah proses riset sampai buku selesai terbit, Beben mengaku ada seseorang yang menghubunginya dan menawarkan jika ingin mengangkat kisah kuyang lagi, ada orang yang bisa diajak ngobrol. Tapi orang tersebut bukan kakek atau neneknya yang menjadi kuyang tapi dirinya sendiri.
Beben pun secara halus menolaknya. "Saya nggak mau lah, gimana kalau 'minyak'-nya itu malah ditaruh orang di dalam rumah tanpa sepengatahuan saya. Amit-amit," tukasnya.dtc