Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Penjualan mobil baru di Rusia pada bulan Maret anjlok hingga 60%. Hal ini terjadi seiring adanya sanksi yang dijatuhkan banyak negara terkait invasi terhadap Ukraina. Beberapa perusahaan mobil ternama di dunia pun ikut memboikot Rusia sehingga membuat showroom sepi pengunjung.
Chief Executive Officer dealer terbesar di Rusia Rolf, Svetlana Vinogradova memprediksi permintaan akan kembali merosot atau hingga setingkat dengan Spanyol yang populasinya hanya sepertiga dari Rusia.
Penurunan yang dicatat Rolf ini sejalan dengan catatan penjualan keseluruhan pasar seperti dihimpun Association of European Businesses. Pada kuartal pertama tahun 2022, penurunan penjualan mencapai 28% menjadi 277.332 unit.
Penurunan penjualan ini salah satunya disebabkan oleh pergeseran konsumsi masyarakat untuk membeli barang yang lebih penting, sebagai upaya antisipasi andai mengalami resesi akibat perang.
Di sisi lain, harga mobil baru naik 40% pada bulan Maret. Beberapa pabrikan besar seperti Toyota sampai Volkswagen pun menghentikan produksinya terkait dengan aksi boikot internasional.
Beda halnya dengan Ford Motor dan Honda yang memutuskan untuk tidak lagi mengirim mobil ataupun suku cadang ke Rusia. Renault Grup juga melarang pengoperasian dan mengancam akan menurunkan nilai bisnisnya. Produsen lokal yang bergantung pada suku cadang impor juga amat terpengaruh akan hal ini. Rusia Federal Statistic Service pada pekan lalu mencatat kenaikan harga mobil mencapai 29% sejak awal tahun 2022.
Dengan kenaikan harga dan minimnya pilihan, pemerintah Rusia tetap mencari cara agar produksi domestik terus berlangsung. Wakil Presiden National Automobile Union Anton Shaparin menyebut, impor mobil dari Jepang dan Eropa untuk sementara akan digantikan mobil Cina dan India.
"Banyak orang yang mengatakan Cina tidak akan meninggalkan pasar," kata Shaparin dilansir Automotive News Europe.
Shaparin juga mencatat mobil Cina yang dirakit Rusia mengalami kenaikan harga 50% semenjak adanya invasi ke Ukraina.
Dengan inflasi yang masih terus berlangsung, warga Rusia justru memilih untuk membeli mobil di negara tetangga yang masih terbuka untuk mereka. Sebelum krisis ini, penjualan mobil Rusia memang sudah lebih dulu merosot karena krisis suplai dan distribusi yang dialami produsen di seluruh dunia.
Tapi pada bulan Maret, penjualannya terburuk dalam 15 tahun terakhir.
"Jika Eropa tidak melakukan pengiriman, Cina akan mendapatkan keuntungan, setidaknya dari sisi pangsa pasar. Tapi volumenya akan terus menurun," ungkap konsultan Azat Timerkhanov of Russia Autostat.(dto)