Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Harga karet di tingkat petani di Sumatra Utara (Sumut) pekan ini turun ke Rp 10.000 hingga Rp 10.500 dari pekan lalu Rp 11.000 hingga Rp 11.500/kg. Penurunan harga karet pekan ini mengikuti harga di pasar dunia.
"Tapi kami (petani-red) tidak terlalu tahu apa yang membuat harganya turun. Tapi sepanjang tahun ini, harga yang diterima petani memang berkisar Rp 10.000-an/kg. Tertingginya di level Rp 11.500/kg," kata Ketua Kelompok Tani Karet "Mbuah Page" di Kuta Jurung, Kabupaten Deli Serdang, Sungkunen Tarigan, Kamis (12/5/2022).
Sungkunen mengatakan, untuk saat ini, tanaman karet sedang mengalami musim trek (gugur daun) sehingga mempengaruhi hasil sadapan petani. Di tengah kondisi musim trek, petani hanya mendapatkan sekitar 60/kg per satu hektare.
Diakui Sungkunen, untuk saat ini, selain masalah harga yang terbilang stagnan, petani karet juga sudah banyak yang memutuskan mengalihkan tanamannya ke sawit. Karena jika dibandingkan dengan karet, harga sawit lebih bagus dan terus mencatatkan kenaikan setiap tahunnya.
"Kalau karet kan tidak. Harganya stagnan terus. Makanya petani banyak beralih. Kami sangat berharap harga karet bisa seperti sawit dan petani pasti lebih senang mengelola kebunnya. Karena itu, diharapkan kepada yang berwenang agar harga karet bisa naik," kata Sungkunen.
Sementara itu, harga karet di pasar internasional saat ini 243 Yen/kg. Padahal di bulan lalu harganya sudah sempat menyentuh 278 Yen/kg. Namun, tren selama 2022 pada dasarnya harga karet mengalami kenaikan. Hal ini tidak terlepas dari kenaikan sejumlah komoditas lainnya seperti energi dan komoditas pangan.
Tren harga karet yang mengalami kenaikan dimulai saat bulan September 2021 hingga saat ini. Pada tahun lalu harganya sempat menyentuh 186 Yen/kg dan terus membaik. "Gejolak harga komoditas dunia mendorong kenaikan harga karet," kata pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin.
Akan tetapi belakangan ini khususnya dalam sebulan terakhir harga karet mengalami penurunan. Penurunan diakibatkan oleh belum pulihnya industri sektor otomotif ditambah ekspektasi peningkatan produksi karet petani yang bisa memicu tekanan harga karet. Hal yang mengkhawatirkan selanjutnya terjadi tekanan pada sejumlah harga komoditas lain di pasar global.
Kebijakan Cina yang memberlakukan lockdown sejumlah wilayahnya, menjadi indikasi kuat bahwa Covid-19 masih menghantui sejumlah kondisi ekonomi negara di dunia. Kebijakan zero covid oleh Cina memberikan dampak yang cukup besar bagi tekanan pada harga komoditas global dalam sepekan terakhir. Akan tetapi fluktuasi pada harga komoditas dunia masih terus berlangsung.
"Tapi Tltren penurunan harga karet saat ini tidak lantas dijadikan acuan bahwa penurunan harganya akan terus berlangsung dalam waktu yang lama. Masih ada peluang harga karet untuk berbalik menguat dalam waktu dekat," kata Gunawan.