Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) setuju untuk memproduksi lebih banyak minyak mentah dalam dua bulan ke depan. Rencana ini datang setelah produksi minyak dari Rusia menurun akibat sanksi negara Barat.
Kartel eksportir minyak menyebut rencana OPEC akan menambah pasokan minyak sebanyak 648.000 barel per hari di bulan Juli dan Agustus. Jumlah tersebut lebih banyak 200.000 barel per hari dari yang disepakati berdasarkan perjanjian suplai dengan produsen lain, termasuk Rusia sebagai anggota OPEC+
Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyambut baik keputusan penting OPEC+ dan menyoroti peran Arab Saudi sebagai produsen terbesar kelompok ini dalam mencapai konsensus.
"Pengumuman ini mempercepat berakhirnya pengaturan kuota saat ini yang telah berlaku sejak Juli tahun lalu dan memajukan peningkatan produksi bulanan yang sebelumnya direncanakan berlangsung pada September," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre, dikutip dari CNN, Jumat (3/6/2022).
The Wall Street Journal melaporkan bahwa anggota OPEC sedang menjajaki gagasan untuk menangguhkan perjanjian OPEC+ terkait suplai, yang memungkinkan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab ambil bagian dalam meredakan krisis pasokan yang membuat harga minyak dunia naik di atas US$ 120 barel minggu ini.
Arab Saudi sebelumnya menolak permintaan AS untuk meningkatkan produksi di luar kuota lama yang disepakati. Namun kekhawatiran akan harga yang tinggi yang berpotensi mengarahkan dunia ke dalam resesi telah mendorong mereka untuk berpikir ulang.
Reuters pernah menyebut jika produksi minyak Rusia turun sekitar 1 juta barel per hari dalam beberapa bulan terakhir akibat invasi ke Ukraina. Namun pernyataan OPEC tidak merujuk pada hal itu, melainkan pelonggaran lockdown yang diterapkan di pusat-pusat ekonomi dunia seperti China.
Harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan global mencatatkan rekor tertinggi sejak Maret, yaitu US$ 125 per barel pada selasa lalu. Sementara minyak AS hampir mencapai US$ 120 per barel.
Invasi Rusia ke Ukraina mendorong negara Barat untuk melarang impor minyak mentah dan produk olahan Rusia. Uni Eropa awal pekan ini setuju untuk melarang 90% minyak Rusia pada akhir tahun ini.
Rusia mulai menghentikan ekspor gas alam ke beberapa negara UE yang memperburuk krisis pasokan energi global. Keputusan ini memicu inflasi di AS dan Eropa ke level tertingginya, dan membuat harga bensin semakin melambung.(dtf)