Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Bagi anak-anak yang telah atau berisiko kehilangan pengasuhan orang tua, SOS Children's Villages hadir memberikan pengasuhan alternatif yang berkualitas dan penguatan keluarga. Di Indonesia, organisasi yang kini berusia 50 tahun ini terdapat di 9 kota, salah satunya di Kota Medan.
Berlokasi di Jalan Seroja Raya Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, saat ini ada 88 orang anak yang tinggal di SOS Children's Villages Medan, yang terdiri remaja laki-laki 27 orang dan perempuan 10 orang. "Data anak mandiriwan, sebutan untuk anak-anak yang sudah lulus dari SOS Children’s Villages berjumlah 163 orang, tersebar ke berbagai wilayah sampai ke luar negeri seperti di Jerman," kata Village Director SOS Children's Village Medan, Teuku Muhammad Razali, Kamis (28/7/2022).
Zali, sapaan akrab Teuku Muhammad Razali, mengatakan, di SOS Children's Villages Medan ada 15 rumah yang benar-benar dibuat seperti komplek perumahan. Hal tersebut sengaja dilakukan agar anak-anak yang tinggal di sini tidak merasa mereka tinggal di lembaga. Pada tiap-tiap rumah diisi beberapa anak dengan umur yang berbeda-beda.
"Tujuannya agar mereka benar-benar merasakan memiliki keluarga, memiliki kakak, adik dan abang, layaknya keluarga sebenarnya," kata Zali.
National Director SOS Children's Villages, Gregor Hadi Nitihardjo, mengatakan, pada 26 Desember 2004, gempa bumi besar yang berpusat di Aceh mengakibatkan tsunami yang menyapu daerah pesisir Laut India. Tragedi tsunami ini menelan korban lebih dari 130.000 orang, puluhan ribu orang kehilangan rumah dan ribuan anak terpisah dari orang tua mereka. Medan, Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Sumut), terkena dampak tsunami lebih ringan dibandingkan kota lain seperti Banda Aceh dan Meulabouh.
"Namun setelah bencana ini terjadi, banyak warga Aceh yang hijrah ke Medan. Sampai saat ini, banyak keluarga miskin dan anak-anak yang kehilangan asuhan orang tuanya," kata Hadi.
Dijelaskannya, SOS Children's Village Medan yang berdiri pada tahun 2005 sebagai respons dari bencana tsunami tersebut terletak 7 km barat daya dari pusat kota, di sebuah daerah bernama Medan Permai.
Terdiri dari 15 rumah keluarga, sebuah rumah pimpinan desa, sebuah kantor atau ruangan untuk administrasi dan medis, pusat kegiatan seperti laboratorium komputer, perpustakaan, alat musik dan tempat menari, sebuah aula multifungsi dan beberapa rumah staff. SOS Children's Village Medan memberikan rumah baru bagi lebih dari 150 anak yang telah kehilangan pengasuhan orang tua.
SOS Children's Villages sendiri merupakan organisasi yang fokus pada pengasuhan alternatif berbasis keluarga dan penguatan keluarga rentan, yang memiliki komitmen untuk aktif menyuarakan pemenuhan hak- hak anak Indonesia. "Dengan total 940 anak yang kehilangan pengasuhan orang tua dibesarkan di 8 lokasi SOS Children's Villages di Indonesia. Selain itu, SOS juga memiliki program penguatan keluarga bagi keluarga rentan di 10 kota di Indonesia," jelasnya.
Salah orang tua asuh SOS Children's Villages Medan, Rahmadani Singarimbun (52), menuturkan, dirinya menerapkan pengasuhan layaknya seperti keluarga pada umumnya. "Bagaimana ibu saya mendidik saya, begitu saya mendidik mereka. Kalau mereka salah, saya ingatkan," katanya.
Rahmadani yang mengaku menikmati perannya sebagai orangtua asuh selama 7 tahun ini, mengatakan, anak-anak di SOS Children's Villages Medan semua baik. "Kalau yang melawan, pasti ada. Pada dasarnya anak-anak itu baik. Tinggal bagaimana kita sebagai orang tua menuntun mereka," ujarnya.
Rahmadani, saat ini sudah mengasuh 10 orang anak. Dari jumlah ini sudah ada tiga yang sudah mandiriwan. Meski sudah mandiri, anak asuhnya masih tetap berkomunikasi layaknya keluarga.
Deputy National Director SOS Children's Villages, Patria Banteng, menambahkan, di lokasi SOS Children's Village Medan didirikan Taman Kanak-Kanak SOS Desa Taruna Medan yang terdiri dari 3 kelas. TK ini terbuka untuk anak-anak disekitar village tanpa membedakan latar belakang seperti suku/agama/budaya, ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) hingga kelompok rentan.
"Saat ini TK SOS Desa Taruna Medan juga memiliki murid dari anak-anak pengungsi negara berkonflik seperti Sri Lanka, Afghanistan, Myanmar, Sudan, Eritheria/Afrika Timur yang direkomendasikan oleh UNHCR," kata Patria Banteng.