Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kerap melanda pebukitan di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara. Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, pusing karena hal itu. Sebab selama 4 tahun menjabat Gubernur Sumut, persoalan Karhutla pebukitan kawasan Danau Toba, tak tuntas-tuntas. Sebaliknya malah kerap terjadi.
Bahkan beberapa bulan terakhir, karhutla terus terjadi. Terbaru adalah di pebukitan Samosir, tepatnya sekitar Desa Partungko Naginjang perbatasan di Desa Hariarapintu, Kecamatan Harian dan pebukitan Pusuk Buhit, Tele dan Hariarapintu.
Menurut Ketua Komisi B DPRD Sumut, Ahmad Fauzan, luas Karhutla di Samosir telah mencapai sekitar 506 ha. Sehingga menurut Ahmad Fauzan, Karhutla harus dicegah.
"Setiap tahun di situ terbakar, setiap tahun diingatkan," kata Edy Rahamayadi kepada wartawan di Aula Tengku Rizal Nurdin, Rumah Dinas Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman Medan, Kamis (11/08/2022).
Edy Rahamayadi mengatakan telah menggelar rapat dengan Kapolda Sumut, Irjen Pol RZ Panca Putra Simanjuntak. Tujuannya untuk memberikan ketegasan kepada masyarakat yang membakar hutan dan lahan.
"Kar'na di situ (lahan terbakar) dikatakan bahwa kalau sudah mau nendekati musim hujan dia harus dibakar. Kebiasan buruk ini yang harus kita luruskan. Nanti ada langkah langkah berikutnya, mungkin tindakan tegas untuk tidak melakukan hal tersebut," ujar Edy.
Begitu pun, Edy Rahamayadi mengatakan Pemprov Sumut tetap memberikan pemahaman kepada masyarakat agar tidak lagi membiasakan pembakaran hutan dan lahan.
"Buktinya saya sudah hampir 4 tahun ini, bicara ini terus, tak selesai selesai. Mungkin dengan ketegasan kita memberikan reward dan punishment, mudah mudahan mereka berhenti," tegas Edy.
Di bagian lain, Edy Rahmayadi menambahkan akan terus menambah sarana peralatan operasional pemadaman Karhutla akan ditambah untuk Dinas Kehutanan Sumut.
"Tapi sekarang bukan persoalan terbakar. P,lersoalannnya adalah dibakar. Dengan alat peralatan, seyogianya kita seperti di negara-negara luar, sudah siap dan alatnya canggih," katanya.
Sehingga meskipun secara peralatan sudah lengkap, kesadaran masyarakat menjadi menjaga Karhutla, harus yang paling utama. Terlebih jika musim cuaca panas ekstrim sudah tiba.
"Jadi mau secanggih apapun ini, kalau manusianya tak canggih, tak terkejar juga alat-alat. Pertama pemahaman pada rakyat kita, kedua infrastrukturnya kita siapkan," pungkas Edy.