Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Samosir. Perluasan sistem pembayaran secara digital untuk masyarakat terus digaungkan. Meski sistem ini masih menemui kendala karena kebiasaan pembayaran secara manual, namun digitalisasi sistem pembayaran di sejumlah daerah sudah berhasil bahkan ikut bersumbangsih bagi ekonomi daerah tersebut.
"Jadi memang perlu menyadarkan masyarakat pentingnya digitalisasi. Karena melalui digitalisasi, pendapatan daerah bisa terkerek. Seperti saat ini yang sudah muncul Smart City dan Smart Village. Ini kan karena pemanfaatan digitalisasi. Nah, ketika hal itu berjalan, otomatis akan meningkatkan pendapatan daerah tersebut," kata Komisaris Utama PT Finnet Indonesia, Difi Ahmad Johansyah, pada Capacity Building Wartawan Ekonomi dan Bisnis Kota Medan, yang diselenggarakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Sumut, di Samosir Cottage Resort, Samosir, Sabtu (15/10/2022).
Digitalisasi, menurut Difi, bisa meng-created berbagai peluang bisnis termasuk di sektor pariwisata. Seperti pemanfaatan digital dengan membuat tiket terusan untuk tujuan satu tempat wisata. Meski memang diakui Difi, hal ini masih hanya berlaku di Bali. Namun dengan menjual konten yang tepat dan pas dengan keinginan wisatawan, hal ini juga memungkinkan dilakukan dengan tujuan Danau Toba.
"Kenapa tidak? Jadi dengan menjual konten yang sesuai dengan keinginan wisatawan, pasti akan bisa mendatangkan pendapatan bagi daerah tersebut. Nah ini, harus benar-benar tahu apa yang mau dijual," kata Difi.
Dikatakan Difi, selain kebiasaan bertransaksi secara manual atau tunai, ada juga kendala digitalisasi seperti infrastruktur yang belum bisa dijamin. Misalnya sinyal yang tiba-tiba hilang ketika memasuki daerah tertentu. Tapi hal ini, kata Difi, akan bisa teratasi ketika kebutuhan masyarakat akan transaksi digital semakin tinggi.
"Infrastruktur ini juga berasal dari kebutuhan masyarakat. Kalo masyarakat mendorong pasti akan dipenuhi. Harus ada dulu kebutuhan ekonomi disana," kata Difi.
Disinggung soal ketakutan masyarakat jika bertransaksi digital, Difi membagi tips untuk aman dan terhindar dari penipuan. Jadi saat bertransaksi harus tenang, lalu aktifkan notifikasi dan cek rekening.
Untuk level proteksi digital, jelas Difi, itu dimulai dari emoney yang limit-nya dibatasi Rp2 juta oleh Bank Indonesia (BI). Ini merupakan salah satu proteksi sehingga ketika tercecer tidak akan merasa rugi atau bisa diiklaskan saja. Sementara untuk QRIS, ada PIN yang menjamin transaksi. "Jadi selama PIN aman, jangan khawatir bertransaksi dengan dengan QRIS," kata Difi.
Paling penting juga, papar Difi, digitalisasi memperlancar aliran barang dan jasa. Jadi tidak akan ada yang terhambat serta mencegah pembulatan pembayaran sehingga pas. Harganya tidak dinormalisasi.
"Digitalisasi itu memungkinkan pelabelan harga itu dalam bentuk yang koma-koma bisa dilakukan. Karena kalau misalnya bayar tunai, pasti akan dibulatkan. Misalnya harganya Rp13.750/kg, maka bisa saja dibulatkan jadi Rp15.000/kg. Atau parkir yang Rp2.000, ketika memberika pecahan Rp5.000, bisa jadi parkirnya dibulatkan ke Rp3.000. Nah, digitalisasi menahan ada pembulatan ke atas yang bisa mengerek inflasi. Karena bisa pembayaran dari ratusan menjadi ribuan," kata Difi.