Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Menyikapi hasil survei Charta Politika tentang elektabilitas sejumlah tokoh untuk pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) 2024 mendatang, mendapat komentar dari Wakil Ketua OKK Demokrat Sumut, Turedo Sitindaon.
Di mana berdasarkan survei itu menempatkan Wali Kota Medan Bobby Nasution di posisi pertama dengan elektabilitas 35,1 persen unggul dibandingkan Gubsu Edy Rahmayadi di posisi dua dengan elektabilitas 34,3 persen.
"Kalau kita lihat dan nilai dari sudut pandang tata kelola pemerintahan, di mana mereka berdua saat ini sedang menjabat di posisinya masing-masing. Dapat disimpulkan bahwa memang Wali Kota Medan Bobby Nasution lebih memahami bagaimana cara mengelola pemerintahan atau birokrasi yang ada di bawah pimpinannya dibandingkan dengan Gubsu Edy Rahmayadi," kata Turedo Sitindaon kepada medanbisnisdaily.com, Selasa (25/10/2022) siang.
Dikatakan mantan Ketua GMNI Sumut periode 2012-2014 ini, poinnya adalah semua program-program kerja yang sudah dikakukan Bobby Nasution sudah bagus dilakukan.
Bobby Nasution, menurutnya lagi, sudah menjadi "dirigen" yang mampu mengorkestrasi bawahannya di Pemko Medan sehingga program-program kerja yang disusun khususnya yang berdampak langsung kepada masyarakat terlaksana di lapangan.
"Sebagai contoh bagaimana penanganan banjir di Kota Medan, konsep penanganan yang dirancang Bobby Nasution mampu dilakukan dengan baik oleh birokrasinya sehingga efeknya bisa dirasakan masyarakat langsung," jelas Turedo Sitindaon.
Kemudian, tambahnya lagi, perbaikan infrastruktur jalan yang selama ini rusak bisa dilihat sudah sangat signifikan perbaikannya. Apalagi dengan konsep e-katalog yang diterapkan mampu menghindari perilaku korupsi dalam birokrasi.
"Kita juga melihat Bobby Nasution sebagai Wali Kota Medan mampu berkoordinasi secara baik dengan lembaga legislatif dalam hal ini DPRD Kota Medan sehingga mendapatkan dukungan dalam setiap program kerjanya. Inilah sebenarnya konsep dari pemerintah daerah, di mana pemerintahan dijalankan secara bersama-sama oleh lembaga eksekutif dan legislatif," yakinnya.
Namun hal yang sulit dijumpai pada kepemimpinan Edy Rahmayadi sebagai Gubsu. Edy dinilainya belum mampu menjadi "dirigen" untuk birokrasi di bawahnya.
"Sudah 4 tahun menjabat masih sibuk bongkar pasang kabinet pemerintahannya. Sehingga dapat kita lihat banyak program-programnya tidak berjalan dengan baik dan banyak hambatan," tudingnya.
"Contoh nyata yang bisa kita lihat adalah bagaimana hubungan Gubsu Edy Rahmayadi dengan wakilnya yang sampai kini bisa kita katakan tidak harmonis. Hal seperti ini sudah pasti sangat mengganggu psikologis birokrasi yang ada di bawahnya. Kalau kita analogikan sebuah rumah tangga, anak akan bingung akan berpihak kepada siapa jika orang tuanya bertengkar," bebernya.
Contohnya lagi, ptoyek multiyears Rp2,7 Triliun yang digadang-gadang juga kita lihat pengerjaannya di banyak tempat masih "zero" dan bermasalah. Sehingga masyarakat belum merasakan langsung manfaat dari proyek tersebut.
"Oleh karena itu saya pribadi mendukung apabila Bobby Nasution akan 'naik kelas' menjadi calon Gubsu mendatang. Karena jika Sumut menjadi lebih baik ke depan yang akan menikmatinya kita juga seluruh masyarakat Sumatera Utara," pungkasnya.