Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Kabar baik datang dari industri teknologi global. Perusahaan aplikasi taksi online dari Amerika, Uber Technologies Inc., mampu membukukan laba operasi setahun mencapai US$ 1,11 miliar atau setara dengan Rp 17,43 triliun (asumsi kurs Rp 15.700/US$).
Padahal, setahun sebelumnya di Desember 2022 (year on year/yoy) perusahaan yang sahamnya tercatat di New York Stock Exchange (NYSE) ini masih membukukan rugi operasi sebesar US$ 1,83 miliar atau sekitar Rp 29 triliun.
Adapun dalam 3 bulan terakhir, yakni selama kuartal 4-2023, Uber mencatatkan laba operasi senilai US$ 652 juta atau sekitar Rp 10,24 triliun setelah pada periode yang sama tahun sebelumnya rugi operasi US$ 142 juta di Desember 2022.
Dari sisi laba bersih atribusi entitas induk, Uber meraih angka laba sebesar US$ 1,89 miliar atau sekitar Rp 30 triliun dari setahun sebelumnya yang rugi entitas induk US$ 9,14 miliar.
Berdasarkan siaran persnya di situs resmi Uber, manajemen menyebutkan pencapaian laba bersih ini sudah menghitung manfaat bersih (sebelum pajak) sebesar US$ 1,6 miliar atau Rp 25 triliun dari revaluasi investasi ekuitas Uber.
Chief Executive Office (CEO) Uber Dara Khosrowshahi mengatakan tahun 2023 merupakan titik perubahan bagi Uber. Perseroan mampu membuktikan perusahaan bisa terus tumbuh kuat dan menguntungkan dalam skala besar.
"Pelanggan kami kini lebih besar dan lebih terlibat dibandingkan dengan sebelumnya, di mana platform kami mendukung rata-rata hampir 26 juta perjalanan setiap hari di tahun lalu," kata Khosrowshahi dalam siaran pers, dikutip Selasa (21/2/2024).
Uber pertama kali mencatatkan saham perdana (initial public offering/IPO) di NYSE pada 5 tahun lalu, yakni pada 10 Mei 2019 dan ketika itu masih membukukan rugi.
Bisnis Uber disumbang oleh tiga lini bisnis utama di Q4-2023 yakni mobilitas dengan pesanan kotor US$ 19,29 miliar (naik 29%), pengiriman US$ 17,01 miliar (naik 19%). Adapun bisnis kargo turun 17% menjadi US$ 1,28 miliar, sehingga total orderan kotor sebesar US$ 37,58 miliar.
Kabar baik ini menjadi angin segar bagi emiten teknologi khususnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), salah satunya PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Sejumlah pelaku pasar pun menantikan apakah pencapaian Uber bisa diikuti oleh induk Gojek tersebut di Tanah Air.
Sejumlah analis sudah memberikan analisis terkait informasi terakhir dari manajemen GOTO. Analis menyebut perusahaan sudah berada dalam jalur yang tepat menuju profit.
Sebelumnya, dalam rilis laporan keuangan kuartal satu di 2023, manajemen GOTO menargetkan bisa mencapai EBITDA Grup yang disesuaikan positif pada Q4-2023 dan EBITDA Grup yang disesuaikan untuk keseluruhan tahun 2023 di kisaran antara minus Rp 4,5 triliun dan minus Rp 3,8 triliun.
Per September 2023, GOTO sudah mencatatkan perbaikan kuartalan atas EBITDA Grup yang disesuaikan sebesar 74% yoy menjadi negatif Rp 942 miliar.
Perbaikan ini berlanjut di Q4-2023 di mana manajemen GOTO menyatakan perseroan sudah berhasil mencapai EBITDA yang disesuaikan (adjusted) positif di kuartal 4-2023. Jumlah ini melampaui panduan kinerja EBITDA yang disesuaikan untuk tahun 2023. Namun, rincian mengenai kinerja masih akan disampaikan saat paparan kinerja pada Maret mendatang.
Direktur Utama Grup GoTo Patrick Walujo mengatakan setelah berhasil mencapai EBITDA yang disesuaikan positif pada Q4-2023, perseroan akan mengakselerasi pertumbuhan bisnis.
"Salah satunya melalui dukungan dan kerja sama dengan ekosistem mitra bisnis perseroan," kata Patrick Walujo dalam siaran pers, dikutip Rabu (31/1).
Analis PT Indo Premier Sekuritas, Jovent Muliadi dan Anthony, dalam riset per 2 Februari 2024 masih memberikan rekomendasi saham GOTO dalam jajaran saham pilihan teratasnya bersama saham-saham perbankan. Hal ini juga tercermin dari tekanan jual asing terhadap saham GOTO yang menurut mereka juga mulai stagnan cenderung berkurang dari Rp 1 triliun di Desember 2023 menjadi sekitar Rp 100 miliar di Januari 2024.
"Saham pilihan teratas kami tahun ini yakni perbankan, diikuti logam, mempertimbangkan program prioritas hilirisasi, dan saham teknologi, dalam hal ini GOTO," kata Jovent dan Anthony.
Sementara itu, dua analis Bahana Sekuritas, Robert Sebastian dan Satria Sambijantoro, juga memprediksi GOTO mampu bertumbuh lebih lanjut dan mencatatkan profit lebih tinggi. Hal ini diperkirakan seiring dengan kondisi pasar yang berada dalam duopoli dengan Gojek dan Grab sebagai pelaku usaha yang masih bertahan.
"Bisnis on-demand services yakni Gojek, Gofood, Gocar, Gosend, dan lainnya berjalan baik, dan mencapai EBITDA disesuaikan positif, tidak termasuk biaya pada Q3-23, dengan potensi mencapai EBITDA disesuaikan positif penuh di Q4-23," tulis keduanya, dalam riset 12 Februari lalu.(dtf)