Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Harga jual cabai merah di Sumatera Utara masih bertahan mahal. Sempat turun namun harganya masih tinggi di level Rp 90.000/kg saat ini di pedagang dan berkisar Rp 100.000/kg di rantai berikutnya (kedai sampah).
Harga cabai merah bergerak sangat volatile sejak awal pekan ini, dimana sempat menyentuh Rp 85.000/kg, berbalik turun menjadi Rp 75.000/kg di hari Selasa, dan kembali naik menjadi Rp 90.000/kg saat ini.
Selain harga cabai merah, harga cabai rawit juga terpantau mengalami kenaikan hingga 100%. Cabai rawit yang sempat berada dikisaran Rp 40.000 hingga Rp 45.000/kg, saat ini juga ditransaksikan dikisaran harga Rp 90.000/kg-nya.
"Jika menelisik pemicu kenaikan harga cabai, pasokan dari wilayah produsen Takengon seperti Pakpak Bharat, Karo dan sekitarnya serta Batubara belum mampu mengimbangi demand atau permintaan yang cukup tinggi," kata Ketua Tim Pemantau Harga Pangan Sumut, Gunawan Benjamin, Rabu (13/3/2024).
Namun Gunawan masih optimis bahwa harga cabai masih berpeluang untuk turun dalam waktu dekat. Di sisi lainnya, harga telur ayam juga terpantau mengalami kenaikan di sejumlah pasar.
Meskipun belum terjadi secara serentak, namun sejak akhir pekan kemarin sejumlah pedagang di wilayah Deli Serdang menaikkan harga jual 1 butir telur dalam rentang Rp 150 hingga Rp 200/butirnya.
Harga bawang merah dan bawang putih juga terpantau mengalami kenaikan. Meskipun belum serentak, terjadi kenaikan di sejumlah pedagang sekitar Rp 400 hingga Rp 600/kg-nya. Harga bawang merdah dan bawang putih untuk wilayah Kota Medan dan sekitarnya ditransaksikan dikisaran level Rp 35.000 hingga Rp 40.000/kg.
Gunawan yang juga pengamat ekonomi ini mengatakan, Pemerintah perlu mewaspadai kenaikan dari satu komoditas, yang berpeluang memicu kenaikan harga komoditas pangan lainnya. Seperti kenaikan harga daging ayam yang berpotensi memicu kenaikan harga pangan subtitusi seperti telur ayam, tahu/tempe dan ikan segar.
"Harga telur ayam yang naik belakangan ini, saya menilai salah satu pemicunya adalah kenaikan harga daging ayam," katanya.
Ia menambahkan, jadi diluar faktor penurunan produksi, kenaikan biaya agro input atau input produksi, kenaikan biaya distribusi, hingga tingginya permintaan atau demand. Maka ada kenaikan harga yang diakibatkan kenaikan harga komoditas substitusinya.
"Muaranya adalah kenaikan demand atau permintaan komoditas itu sendiri seperti yang terjadi pada kenaikan harga telur, setelah harga daging ayam mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebelumnya," kata Gunawan.