Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Kinerja realisasi belanja negara di Sumatera Utara (Sumut) hingga 31 Mei 2024 secara absolut sudah mencapai Rp 24,95 triliun atau sekitar 36,52% dari pagu anggaran sepanjang tahun.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023, realisasi belanja ini tumbuh sekitar 14,57%.
Hal ini dibeberkan Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Sumut, Arridel Mindra melalui siaran persnya, Jumat (28/6/2024).
Dia memaparkan belanja negara terdiri dari belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah.
Realisasi belanja pemerintah pusat mencapai Rp 8,72 triliun atau 36,14% dari pagu anggaran, tumbuh 22,22% (yoy). Lalu, belanja pegawai tumbuh sebesar 14,35% (yoy), dengan realisasi mencapai Rp 4,04 triliun. Kemudian, belanja barang tumbuh sebesar 37,74% (yoy), dengan realisasi Rp3,72 triliun.
Namun, belanja modal mengalami kontraksi sekitar 8,61% (yoy), dengan realisasi Rp925,58 miliar. Belanja bantuan sosial tumbuh signifikan sebesar 98,4% (yoy), dengan realisasi Rp 21,99 miliar.
Sedangkan, Transfer ke Daerah (TKDD) mencapai Rp 16,23 triliun atau sekitar 36,73% dari total anggaran TKDD, tumbuh 10,84% (yoy).
TKDD terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Nonfisik, Dana Desa, dan Dana Insentif Fiskal.
Dia juga menyebutkan, defisit APBN di Sumut hingga 31 Mei 2024 mencapai Rp 10,43 triliun, yang terkontraksi sebesar 145,31% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Defisit ini terutama disebabkan oleh terkontraksinya pendapatan negara di Sumut, sementara realisasi belanja mengalami pertumbuhan yang signifikan.
Terkontraksi
Arridel mengungkapkan, realisasi pendapatan negara di Sumut hingga 31 Mei 2024 mencapai Rp 14,52 triliun atau sekitar 32,31% dari target.
Namun, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, realisasi pendapatan ini mengalami kontraksi sekitar 17,16%.
Sumber utama pendapatan negara adalah penerimaan perpajakan yang mencapai Rp 12,34 triliun atau 31,56% dari target. Pendapatan ini mengalami kontraksi sekitar16,64% secara yoy.
Adapun jenis pajak yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi adalah Pajak Penghasilan (PPh) final yang tumbuh sekitar 30%.
Lalu, penerimaan kepabeanan dan cukai memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara. Bea masuk mencapai Rp242,98 miliar, tumbuh signifikan sekitar132,23% (yoy).
Tetapi bea keluar mengalami kontraksi sebesar 6929,74% (yoy) dengan total penerimaan Rp 44,39 miliar.
Penerimaan cukai yang mencapai Rp 58,15 miliar, mengalami kontraksi sebesar 50,13% (yoy).
Sementara realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencapai Rp 1.230,24 miliar atau sekitar 64,07% dari target, tumbuh 5,23% (yoy).