Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pagi ini akan memberi nama prototype pesawat N219, hasil kerja sama PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Penamaan akan dilakukan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
"Hari Jumat jam 09.00 pagi. Pemberian nama oleh Presiden RI dilakukan di Halim," ujar Direktur Produksi PTDI, Arie Wibowo, di Jakarta, seperti ditulis Jumat (10/11).
Beberapa hari lalu, prototype pesawat N219 diterbangkan langsung dari Bandara Husein Sastranegara di Bandung, Jawa Barat menuju Bandara Halim Perdanakusuma. Pesawat pun berhasil mendarat dengan mulus.
Mengenai nama yang akan diberikan Jokowi kepada pesawat N219, Arie enggan membeberkannya lebih jauh. Ia tidak mau mendahului Jokowi.
Penamaan pesawat buatan dalam negeri bukan kali pertama dilakukan. Sebelumnya, pesawat N250 buatan PTDI dinamakan oleh Presiden ke-2 RI Soeharto dengan julukan 'Gatot Kaca'. Pesawat besutan BJ Habibie berhasil melakukan terbang perdana (first flight) pada Agustus 1995.
Staf Ahli Bidang Pengembangan Pesawat Terbang PTDI, Andi Alisjahbana, mengungkapkan penamaan pesawat N219 merupakan sebuah tradisi, sama halnya yang dilakukan Soeharto kala itu.
"Penamaan tidak ada hubungannya dengan program uji terbang, hanya tradisi saja. Dulu N250, kedua pesawat prototype diberi nama oleh Presiden Soeharto," ujar Andi.
Setelah penamaan prototipe pesawat N219 oleh Jokowi, maka pesawat N219 masih harus melewati serangkaian uji terbang sekitar 300 jam. Uji terbang dilakukan untuk mendapatkan type certificate (TC).
Type certificate adalah sertifikasi kelaikan udara dari desain manufaktur pesawat. Sertifikat ini dikeluarkan oleh Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPP) Kementerian Perhubungan.
"Uji terbang itu untuk mendapatkan sertifikasi, bahwa aman digunakan oleh publik," tutur Andi.
Setelah mendapatkan TC, maka pesawat N219 bisa diproduksi massal memenuhi pesanan maskapai. Pesawat yang mampu mengangkut 19 penumpang tersebut diperkirakan baru bisa diproduksi massal paling cepat akhir tahun depan atau awal 2019.
"Akhir 2018 atau 2019. Uji terbang yang saat ini dilaksanakan adalah bagian dari upaya untuk mendapatkan sertifikat tipe untuk siap diproduksi," kata Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin.
Thomas menambahkan, di tahap awal produksi pesawat N219 ditargetkan mencapai 6 unit per tahun. Di tahun berikutnya volume produksi pun akan ditambah.
"Tahap awal 6 pesawat per tahun dan terus ditingkatkan," ujar Thomas.
Adapun dapur pacu pesawat buatan Bandung ini dilengkapi dengan dua mesin Pratt & Whitney Aircraft of Canada Limited PT6A-42, masing-masing bertenaga 850 SHP dan dilengkapi dengan Hartzell 4-Blade Metal Propeller.
Pesawat N219 mampu mengangkut beban hingga 7.030 kilogram (kg) saat take off dan 6.940 kg saat mendarat (landing). Kecepatan pesawat N219 bisa mencapai 210 knot dengan kecepatan ekonomisnya 190 knot.(dtf)