Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Riyadh. Otoritas Arab Saudi menyebut seorang warganya diculik di Libanon. Kabar penculikan ini disampaikan saat Saudi sedang terlibat ketegangan dengan Libanon, usai Perdana Menteri Saad al-Hariri mengumumkan pengunduran diri di Riyadh.
Seperti dilansir Reuters, Sabtu (11/11), Kedutaan Besar Saudi di Beirut mengumumkan kabar penculikan seorang warganya. Namun tidak disebutkan lebih lanjut soal identitas warga Saudi yang diculik serta kronologi penculikannya.
"Kedutaan berkomunikasi dengan otoritas keamanan tertinggi di Libanon soal mengamankan pembebasan tanpa syarat seorang warga negara Saudi yang diculik, sesegera mungkin," demikian pernyataan Kedubes Saudi di Beirut seperti dikutip kantor berita Saudi Press Agency (SPA).
Menanggapi kabar itu, Menteri Dalam Negeri Libanon Nohad Machnouk menegaskan, bahwa keselamatan warga Saudi di wilayahnya menjadi prioritas utama otoritas Libanon.
"Keamanan berada di level waspada tinggi untuk mencegah setiap upaya eksploitasi situasi politik terkini dari siapa pun dan untuk alasan apapun," imbuh Mendagri Machnouk.
"Mengganggu keamanan dan stabilitas di Libanon adalah garis merah," ucap Machnouk memperingatkan.
Hubungan Saudi dan Libanon menegang setelah PM Hariri mengundurkan diri secara mengejutkan, akhir pekan lalu. PM Hariri yang juga berkewarganegaraan Saudi, mengumumkan pengunduran dirinya saat berada di Saudi. Hariri menyebut 'cengkeraman' Iran atas Libanon dan ancaman terhadap hidupnya sebagai alasan pengunduran dirinya.
Para pejabat tinggi Libanon pun meyakini Saudi menahan Hariri. Namun otoritas Saudi menyebut Hariri adalah pria bebas dan dia memutuskan untuk mundur karena militan Hizbullah, yang didukung Iran, mencampuri pemerintahannya.
Mewakili otoritas Libanon, Menteri Luar Negeri Gebran Bassil meminta agar Hariri segera pulang ke Libanon. Presiden Libanon Michel Aoun belum menerima pengunduran diri Hariri dan menyatakan masih menunggu kepulangannya sebelum mengambil keputusan apapun.
Ketegangan diplomatik ini membuat Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab dan Bahrain meminta warganya untuk tidak pergi ke Libanon dan meminta warganya yang sudah ada di sana untuk segera pulang. (dtc)