Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Suku bunga tabungan berjangka atau deposito di bank terus mengalami penurunan. Secara rata-rata bank memberikan bunga di kisaran 4%-5% untuk deposito.
Menanggapi hal tersebut Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Destry Damayanti menjelaskan penurunan suku bunga tersebut adalah hal yang wajar dilakukan bank. Karena saat ini suku bunga acuan BI 7-days repo rate berada di posisi rendah 4,25% dan LPS rate yang turun sebanyak 25 basis poin (bps).
"Ya wajar, kan BI 7 days repo rate nya turun. Tapi begini sebenarnya perbankan sedang kelebihan likuiditas atau likuiditasnya baik. Bisa dilihat dari loan to deposit ratio (LDR) yang sudah di bawah 90%," kata Destry usai acara UOB Indonesia's Economic Outlook 2018, di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (14/11).
Dia menjelaskan, dalam satu tahun terakhir pertumbuhan kredit di bank memang lambat, namun pertumbuhan dana sangat pesat. Sehingga likuiditas bank berlebih. Jika bank kelebihan likuiditas maka biaya atau beban bunga yang ditanggung akan lebih besar.
"Secara likuiditas memang bagus saat ini. Sehingga ketika bank menurunkan suku bunga sudah searah dengan kebijakan BI," jelas dia.
Dari data uang beredar Bank Indonesia (BI) per September 2017 tercatat Rp 4.992 triliun, tumbuh 11,1% dibandingkan periode bulan sebelumnya 9,4%.
Menurut Destry meskipun bunga turun, tapi masih banyak masyarakat yang justru menyimpan uangnya di bank. Dia menjelaskan, DPK perbankan masih terus naik, kelompok menengah atas menjadi penyumbang kenaikan DPK terbesar bulan September 2017.
Menurut dia, ini terjadi karena kondisi ekonomi Indonesia yang dinilai agak menarik. "Di satu sisi kayaknya turun, tapi di sisi lain DPK naiknya kencang. Kita lihat ada kecenderungan para deposan menabung lebih banyak untuk mengantisipasi bagaimana kondisi ekonomi ke depan dan kegiatan ekonominya," ujarnya. (dtf)