Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Yangon. Dua wartawan media asing ditangkap oleh otoritas Myanmar dan dijerat dakwaan rahasia. Penangkapan dilakukan saat kedua wartawan ini sedang menulis pemberitaan mengenai operasi militer Myanmar terhadap etnis minoritas muslim Rohingya di Rakhine.
Seperti dilansir Reuters, Kamis (14/12/2017), kedua wartawan Reuters yang ditangkap itu berkewarganegaraan Myanmar. Mereka disebut bernama Wa Lone dan Kyaw Soe Oo. Pemerintah sipil Myanmar melalui juru bicaranya mengkonfirmasi penahanan kedua wartawan ini.
"Tidak hanya reporter Anda (yang ditangkap), tapi juga sejumlah polisi yang terlibat dalam kasus itu," ucap juru bicara pemerintah sipil Myanmar, Zaw Htay kepada Reuters. "Kami akan mengambil tindakan tegas terhadap polisi-polisi itu juga para reporter," imbuhnya.
Htay tidak menjelaskan lebih lanjut soal alasan penangkapan itu. Namun Kementerian Informasi Myanmar dalam pernyataan via akun Facebook-nya menyatakan, kedua wartawan Reuters itu bersama dua polisi Myanmar dijerat Undang-undang Rahasia Resmi era kolonial Inggris. Dakwaan yang dijeratkan tidak diungkap ke publik. UU yang diberlakukan sejak tahun 1923 silam itu memiliki ancaman hukuman maksimal 14 tahun penjara.
"(Reporter ini) Mendapatkan informasi secara ilegal dengan niat untuk membaginya dengan media asing," demikian pernyataan Kementerian Informasi Myanmar, sembari melampirkan foto dua wartawan itu diborgol. Kedua wartawan ditahan di sebuah kantor polisi di pinggiran kota Yangon.
Kabar penahanan ini diawali oleh laporan hilangnya Wa Lone dan Kyaw Soe Oo sejak Selasa (12/12) malam waktu setempat, setelah keduanya diundang makan malam bersama pejabat kepolisian setempat. Sopir yang mengantarkan kedua wartawan itu menyebut mereka tidak kembali ke mobil setelah berjalan mendekati sebuah restoran lokal.
"Reporter Reuters, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo, telah melaporkan serangkaian peristiwa penting global di Myanmar, dan kita mengetahui hari ini bahwa mereka ditangkap terkait pekerjaan mereka," ucap Presiden dan Pemimpin Redaksi Reuters, Stephen J Adler, dalam pernyataannya pada Rabu (13/12).
"Kami marah atas serangan terang-terangan terhadap kebebasan pers ini. Kami menyerukan kepada otoritas setempat untuk segera membebaskan mereka," imbuhnya.
Wa Lone bergabung dengan Reuters sejak Juli 2016 dan telah meliput banyak peristiwa, termasuk pelarian pengungsi Rohingya dari Rakhine tahun 2016 dan tahun ini. Dia juga pernah menulis soal pencaplokan lahan oleh militer Myanmar dan pembunuhan Ko Ni -- pengacara untuk Partai Liga Demokrasi Nasional (NLD) yang menaungi pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi -- pada Januari lalu. Dia sebelumnya bekerja untuk media lokal seperti Myanmar Times dan People's Age.
Sementara itu, Kyaw Soe Oo yang berasal dari etnis Buddha Rakhine, bergabung dengan Reuters sejak September tahun ini. Dia pernah meliput dampak serangan terhadap pos polisi dan militer Myanmar pada 25 Agustus lalu di Rakhine. Dia juga menulis soal pemisahan paksa antara Rohingya dengan warga Rakhine lainnya oleh etnis Buddha setempat. Kyaw sebelumnya bekerja untuk media lokal yang fokus membahas isu Rakhine.
"Saya telah ditangkap," demikian bunyi pesan singkat yang dikirimkan Wa Lone kepada Kepala Biro Reuters di Myanmar, Antoni Slodkowski pada Selasa (12/12) malam. Sesaat setelah itu, telepon genggam Wa Lone tampaknya dimatikan dan tidak bisa dihubungi. (dtc)