Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi sepanjang 2017 berada di level 3,61% atau jauh di bawah target APBNP 2017 yang ditetapkan 4,3%. Pada Desember telah terjadi inflasi 0,71%.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, inflasi di 2017 yang sebesar 3,61% sumbangsih terbesar berasal dari penyesuaian tarif listrik yang dilakukan pada Januari hingga Juni.
"Pemerintah menyadari ada kebijakan reformasi subsidi yang lebih tepat sasaran yaitu kenaikan tarif listrik 900 VA dari Januari. Dan itulah yang mewarnai pergerakan infllasi 2017," kata Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Selasa (2/1).
Pengaruh inflasi di 2017 juga lebih kepada sektor administered price atau berbeda dengan inflasi pada tahun 2016 yang dikarenakan oleh harga pangan bergejolak atau volatile food.
"Inflasi 2016 lebih terjadi karena volatile food, kenaikan harga bahan makanan dan makanan jadi. tapi 2017 pattern-nya berubah, volatile food tidak berpengaruh besar karena pengendalian harga barang yang diatur pemerintah lumayan bagus," tambah dia.
Pria yang akrab disapa Kecuk ini menuturkan, komoditas yang memiliki andil besar pada inflasi 2017 pertama adalah tarif listrik sebesar 0,81%, biaya perpanjangan STNK sebesar 0,24%, ikan segar sebesar 0,20%, bensin sebesar 0,18%, beras sebesar 0,16%.
Selanjutnya, tarif pulsa ponsel sebesar 0,15%, lalu rokok kretek filter sebesar 0,14%, telur ayam ras sebesar 0,10%, emas perhiasan sebesar 0,10%, dan nasi dengan lauk sebesar 0,08%.
"Kalau biaya perpanjangan STNK itu terjadi di Januari awal saja, lalau kan ada penyesuaian tarif yang dampaknya sampai Juni, kalau tarif pulsa itu karena kenaikan harganya bisa dua kali lipat," jelas dia. (dtf)