Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Harga beras yang mahal belakangan ini bukan hanya berimbas pada konsumen rumah tangga. Pedagang yang menjadikan nasi sebagai bahan baku pun terimbas karena mahalnya beras.
Pedagang Warteg di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan memperkirakan keuntungannya turun 20% gara-gara beras mahal.
"Untungnya turun kurang lebih 20%," kata pedagang Warteg, Puan, saat berbincang di warungnya, Minggu (14/1).
Puan tak menyebut berapa omzet dan keuntungan yang dia dapat sehari. Namun yang pasti, keuntungan menyusut gara-gara harga beras.
Dia mengaku harga beras yang dia beli di pasar telah mengalami kenaikan sejak 2 minggu terakhir.
"Sekarang harga beras yang kita beli Rp 625 ribu. Isinya 50 kg. Kalau waktu normal harganya cuma Rp 475 ribu," lanjutnya.
Artinya 1 kg beras yang dia beli saat ini berkisar di Rp 12.500 dari sebelumnya Rp 9.500. Jika harga normal beras yang dia beli Rp 9.500 kemungkinan beras tersebut jenis medium yang harga eceran tertingginya (HET) Rp 9.450. Artinya terjadi kenaikan sebesar Rp 3.000.
Kendati demikian, dia mengaku Wartegnya tidak berniat mengganti jenis beras yang dipakai atau pun mengurangi takaran nasi kepada pelanggan. Meski begitu, pihaknya juga tidak lantas menaikan harga. Alias tetap menjual nasi di harga normal. Alhasil keuntungan terpangkas.
"Di sini tetap pakak beras yang sama. Porsinya juga sama aja segitu. Iya, untungnya jadi turun tapi enggak rugi," tambahnya.
Meski mengaku untungnya berkurang disebabkan beras mahal, namun dia enggan mengungkap omzetnya. (dtf)