Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Palembang. Selain di Asmat, ternyata ada kasus gizi buruk yang merenggut 25 bayi di Pegunungan Bintang, Papua. Jokowi kini memikirkan solusi untuk merelokasi warga di pelosok Papua ke kawasan kota yang lebih mudah dijangkau berbagai pihak.
"Kita tahu ya (kabar kurang gizi maut di Pegunungan Bintang). Mengenai kondisi baik di Asmat, baik di Agats, baik di Nduga, itu kondisinya, kondisi lapangan memang sangat berat," kata Jokowi sambil menyebutkan daerah-daerah terpencil lain di Bumi Cenderawasih.
Hal ini disampaikan Jokowi kepada wartawan usai membuka Kongres PMKRI di GOR Dempo, Jakabaring Sport City, Palembang, Sumatera Selatan, Senin (22/1). Dia mengakui bahwa selama ini gizi buruk kerap terjadi di Papua.
Wabah diare dan gizi buruk dilaporkan terjadi di kampung Pedam, Distrik Okbab, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Ada 25 bayi dilaporkan meninggal.
Jokowi menilai faktor akses jalan yang buruk turut menjadi sebab terjadinya problem kesehatan itu. Faktor kedua, warga di daerah terpencil tak hanya berada di satu lokasi melainkan tersebar di berbagai titik. Maka bencana kurang gizi menjadi masalah yang mudah terjadi dan sulit mendapat penanganan.
"Kita nggak usah tutup-tutupi. Yang paling penting adalah bagaimana mencarikan jalan keluar agar saudara-saudara kita ini tidak terkena wabah penyakit seperti sekarang ini, campak, ada gizi buruk," kata Jokowi.
Dia mencontohkan perjalanan dari Wamena ke Nduga Provinsi Papua, butuh waktu empat hari melewati hutan belantara. Akses menuju Asmat juga sama sulitnya. Butuh tiga jam menggunakan perahu boat melewati rawa-rawa, ongkosnya juga mahal yakni sekitar Rp 3 juta sampai Rp 4 juta.
Daripada terjadi lagi masalah bencana kesehatan, lebih baik penduduk di daerah terpencil dipindahkan saja ke daerah kota. Ini juga bakal mengakhiri cara hidup berpindah warga di banyak titik pedalaman Papua.
"Oleh sebab itu kuncinya, nanti akan saya sampaikan ke Gubernur dan Bupati, alangkah lebih baiknya kalau itu direlokasi ke kota. Karena jumlahnya nggak banyak. Dari desa-desa direlokasi ke kota," kata Jokowi.
Jokowi sadar, relokasi tempat hidup seperti ini juga bakal merubah budaya. Maka perlu dipersiapkan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan warga pedalaman. Pemerintah kabupaten setempat seharusnya lebih paham soal pendekatan dan solusi budaya yang perlu diambil, demi hidup warga pelosok yang lebih baik.
"Jangan semuanya dilarikan ke pusat. Saya kira yang paling dekat untuk melihat memonitor itu ada di kabupaten. Tapi kalau sudah pernah ke sana akan tahu betul bahwa medannya sangat berat dan terpencar-pencar," kata Jokowi. (dtc)