Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Riyadh. Otoritas Arab Saudi menyatakan telah membebaskan semua orang yang ditahan di hotel mewah Ritz-Carlton, Riyadh. Sejak November 2017, ratusan orang yang terdiri atas pejabat, menteri dan pangeran Saudi ditahan di hotel mewah itu terkait dugaan korupsi.
Sejak operasi penggerebekan dan penangkapan dilakukan tahun lalu, orang-orang yang dicurigai terlibat praktik korupsi ditahan di Ritz-Carlton, yang ditutup untuk umum dan difungsikan sementara sebagai rumah tahanan. Interogasi terhadap para tersangka juga dilakukan di hotel mewah itu.
Dituturkan seorang pejabat Saudi, seperti dilansir Reuters, Selasa (30/1/2018), kini tidak ada lagi tahanan di Ritz-Carlton. Ini mengindikasikan 'rumah tahanan' di Ritz-Carlton akan segera ditutup. Situs Ritz-Carlton di Riyadh menyebut hotel itu akan dibuka kembali untuk umum pada pertengahan Februari mendatang.
"Tidak ada lagi tahanan tersisa di Ritz-Carlton," tutur seorang pejabat Saudi yang enggan disebut namanya itu.
Pejabat Saudi ini tidak menyebut ada berapa banyak tersangka lain yang ditahan di lokasi-lokasi lain di Saudi. Namun diyakini beberapa tersangka dipindahkan dari Ritz-Carlton ke penjara sungguhan, setelah menolak mengakui pelanggaran hukum yang mereka lakukan dan tidak mencapai kesepakatan finansial dengan otoritas Saudi.
Dalam pernyataan terpisah pekan lalu, Jaksa Agung Saudi menyebut kebanyakan tahanan dugaan korupsi telah menyepakati penyelesaian finansial. Yang dimaksud dengan penyelesaian finansial ialah penyerahan aset atau pembayaran sejumlah besar dana yang terkait dugaan korupsi yang menjerat para tersangka.
Pekan lalu, Jaksa Agung Saudi menyatakan ada 90 tahanan yang dibebaskan setelah dakwaan digugurkan. Sedangkan sebanyak 95 tahanan lainnya masih ditahan. Beberapa kasus di antaranya akan berlanjut ke pengadilan.
Total ada 350 orang, yang terdiri atas para pejabat, pengusaha dan menteri Saudi, yang ditahan di hotel mewah Ritz-Carlton sejak November 2017. Penahanan ini merupakan bagian dari operasi pemberantasan korupsi yang dicetuskan putra mahkota Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman. Operasi ini dilakukan dari jenjang atas ke bawah dan bertujuan menyita aset-aset senilai US$ 100 miliar yang diyakini terkait korupsi.
Di antara para pengusaha Saudi yang ditahan, nama Pangeran Alwaleed bin Talal merupakan yang paling terkenal. Alwaleed merupakan pemilik perusahaan investasi global, Kingdom Holding. Alwaleed masuk jajaran orang terkaya dunia, dengan Forbes memperkirakan harta kekayaannya mencapai US$ 18,7 miliar. Selain Alwaleed ada juga Waleed al-Ibrahim yang mengendalikan televisi berpengaruh MBC.
Sejumlah pejabat Saudi menyatakan keduanya dibebaskan setelah menyepakati penyelesaian finansial. Tidak disebut lebih lanjut besaran penyelesaian finansial itu.
Dalam wawancara dengan Reuters sebelum dibebaskan, Alwaleed tetap menyatakan dirinya tak bersalah atas tuduhan korupsi. Dikatakannya, dia kemungkinan bakal tetap memegang penuh kendali atas Kingdom Holding Co tanpa diwajibkan menyerahkan aset-aset ke pemerintah. Dia juga menyebut dirinya diperlakukan dengan baik selama dalam penahanan. (dtc)