Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Hasil studi mengenai keberadaan air di Bulan masih cukup beragam. Namun semuanya mengarah ke satu muara, yaitu bagaimana memanfaatkannya dalam 'perlombaan' luar angkasa.
Dari tahun ke tahun, para peneliti terus berspekulasi mengenai keberadaan dan bentuk air di satu-satunya satelit alam Bumi, yaitu Bulan, secara pasti.
Sejumlah studi pada periode 1990an hingga 2000an sempat menyatakan bahwa air di Bulan memiliki bentuk tak ubahnya seperti es dan terletak di kutubnya.
Pada umumnya, teori tersebut menyebutkan jika air di kutub Bulan terjadi karena hidrogen yang datang bersama angin surya (aliran bermuatan elektron dan proton dari Matahari).
Sedangkan hasil penelitian dari Brown University, Amerika Serikat, pada pertengahan tahun lalu mengemukakan bahwa ada kemungkinan terdapatnya air dalam jumlah cukup besar tersembunyi di dalam bebatuan Bulan.
Berbeda dengan studi sebelumnya, Ralph Milliken, ahli geologi dari Brown University yang terlibat dalam penelitian ini mengatakan bahwa air berada di dalam mantel dan muncul pada fase awal pembentukan Bulan.
Lalu, yang terbaru, sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Michael J. Poston, mantan anggota NASA JPL, mengklaim jika mereka menemukan bukti bahwa air terdistribusi secara merata di seluruh Bulan, baik itu pada saat siang maupun malam.
Mereka juga menyebutkan jika kebanyakan air tersebut berwujud dalam bentuk hidroksil (OH) yang lebih reaktif ketimbang hidrogen (H2O). Akses untuk mendapatkannya pun diperkirakan tidak akan mudah.
Penemuan ini pun dianggap dapat memberikan pemahaman lebih lanjut mengenai asal-usul keberadaan air di Bulan serta bagaimana zat tersebut bisa terdistribusi.
Selain itu, kandungan air di Bulan kerap disebut-sebut sebagai aset penting bagi seluruh lembaga maupun perusahaan antariksa yang akan menjalankan misi ke Bulan, mulai dari NASA hingga SpaceX.
Hal tersebut dikarenakan niatan dari beberapa diantara mereka yang ingin membangun basis di Bulan, sehingga kandungan air pun dianggap sangat berpotensi dapat memenuhi kebutuhan seperti untuk minum hingga bahan bahar roket.
Wilbur Ross, Sekretaris Departemen Perdagangan Amerika Serikat, mengatakan bahwa proyek luar angkasa di masa depan sangat tergantung pada kolonisasi manusia ke Bulan.
"Saya pikir semuanya sangat bergantung pada seberapa sukses pihak terkait dalam mengubah Bulan menjadi layaknya sebuah stasiun pengisian bahan bakar di luar angkasa," ujarnya, seperti dikutip dari CNBC, Selasa (27/2).
"Upaya untuk mewujudkannya adalah dengan memecah air di sana menjadi hidrogen dan oksigen untuk digunakan sebagai bahan bakar," katanya menambahkan.
Hal tersebut pun sedang diupayakan oleh Moon Express, perusahaan yang didirikan oleh pengusaha asal Kanada, Robert Richards. Mereka mengaku tengah fokus pada kegiatan pertambangan di Bulan, dengan komoditi utamanya adalah air sebagai komponen bahan bakar roket.
Penambangan di Bulan pun dianggap oleh mereka dapat memfasilitasi pembuatan stasiun pengisian bahan bakar yang dapat digunakan untuk perjalanan antariksa di masa depan.
Rencananya, Moon Express akan meluncurkan salah satu dari lini MX mereka, yang merupakan robot pendarat Bulan, pada 31 Maret mendatang.
Dengan segala teori dan rencana tersebut, masih belum jelasnya lokasi dan perilaku air di Bulan jadi hal yang perlu diperhatikan.
Penemuan dari tim yang dipimpin oleh Michael J. Poston tersebut pun turut menyebutkan adanya kemungkinan air di Bulan memiliki kemampuan untuk bergerak, karena perbedaan sinyal yang mereka tangkap saat siang dan malam hari.(dtn)