Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Lille. Partai Ligue 1 antara Lille vs Montpellier ditandai kericuhan di akhir laga setelah 100-200 fans tim tuan rumah menyerbu masuk ke lapangan.
Serbuan dari fans Lille tersebut merupakan luapan kekecewaan setelah tim kesayangannya berimbang 1-1 lawan Montpellier di Stade Pierre-Mauroy (Villeneuve d'Ascq), Minggu (11/3/2018) dini hari WIB.
Hasil tersebut membuat Lille masih tercecer di posisi kedua dari dasar klasemen, alias zona degradasi, dengan 28 poin hasil dari 29 pertandingan sejauh ini. Lille, kampiun 2011, belum pernah terdegradasi dari Ligue 1 sejak tahun 2000.
Segera setelah peluit akhir dibunyikan wasit Sebastien Moreira, AFP melaporkan 100-an suporter Lille langsung ricuh dengan menyerbu masuk ke lapangan. Sedangkan FourFourTwo menaksir jumlahnya ada sekitar 200 fans.
Rombongan suporter kesal itu kemudian langsung merubung ke arah pintu masuk menuju lorong ke dalam stadion untuk mengejar para pemain Lille, dengan petugas keamanan bersusah-payah meredam serbuan.
"Ini merupakan momen sulit, tapi para pemain saya tidak layak mendapatkan perlakukan seperti itu," kata Pelatih Lille Christophe Galtier di AFP.
"Fans kami kesal, frustrasi, risau kami terdegradasi ke Ligue 2. Saya paham, tapi menyerbu masuk ke lapangan dan bersikap ricuh tak membantu," tuturnya.
Pemain Lille asal Aljazair, Yassine Benzia, mengamini pernyataan pelatihnya itu. Ia dan rekan-rekannya tidak terima jika jadi sasaran pelampiasan secara fisik.
"Ada batas yang seharusnya tak boleh dilewati. Saya ada di ruang ganti dan pemain-pemain di sini ketakutan," ucapnya.
Presiden Lille Gerard Lopez, pebisnis Luksemburg yang tahun lalu membeli klub itu, ikut hadir langsung di stadion menyaksikan pertandingan yang berujung ricuh tersebut. Ia tertangkap kamera menggeleng-gelengkan kepala tak percaya melihat insiden itu. (dtc)