Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. PDIP menyebut pernyataan Gerindra soal rematch Jokowi versus Prabowo Subianto di Pilpres 2019 hanya ilusi. PKS pun angkat suara, menyatakan tiket Gerindra dan PKS untuk maju di pilpres merupakan sebuah fakta tak terbantahkan.
"Kalau ilusi kan berarti tidak mungkin. Berarti kalau kayak gitu, tiket Gerindra dan PKS tidak terpakai dong. Gerindra dan PKS sudah cukup untuk maju ke pilpres," kata Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera kepada wartawan, Selasa (13/3).
"Tinggal sekarang mau dua pasang atau tiga pasang yang maju," sambungnya.
Diketahui, PKS sudah hampir dipastikan merapat bersama Partai Gerindra mengusung Prabowo Subianto. Meski belum ada deklarasi resmi, Gerindra mantap kembali mencalonkan sang Ketum sebagai capres di Pilpres 2019.
Mardani menyebut, saat ini PKS dan Gerindra sedang bermusyawarah menentukan pasangan capres-cawapres untuk dimajukan di pilpres mendatang. Ia pun memperingatkan PDIP untuk berhati-hati dengan manuver yang akan dilakukan partainya bersama Gerindra.
"Sekarang tinggal bermusyawarah siapa capres dan siapa cawapresnya. Pak Prabowo mencermati segala hal, sehingga PDIP yang harus hati-hati," ucap anggota Komisi II DPR itu.
Ia enggan menganggap pernyataan PDIP itu sebagai ketakutan kembali melawan Prabowo di pertarungan pilpres. PKS dan Gerindra, sebut Mardani, sudah bersiap mengalahkan Jokowi di Pilpres 2019.
"Yang jelas, kami targetnya hanya satu: mengalahkan Pak Jokowi di 2019," tegasnya.
Diberitakan, Waketum Gerindra Fadli Zon meyakini Pilpres 2019 hanya menjadi rematch Prabowo Subianto versus Jokowi. Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno menilai keyakinan Fadli prematur.
Hendrawan meminta politik Indonesia tak dibuat gaduh dengan spekulasi-spekulasi. Anggota Komisi XI DPR ini meminta kestabilan politik dijaga.
"Hal yang menggembirakan harus kita syukuri. Isyarat-isyarat yang lebih bersahabat sedang terjadi, baik antarparpol maupun antarpolitisi. Jangan dibuat keruh dengan ilusi ekspektasi dan manipulasi komunikasi," kata Hendrawan.(dtc)