Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) Wilayah Sumut menanggapi kisruh yang terjadi di internal Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba (BP GKT) pasca GM BP GKT diduga terima bantuan dari PT Aquafarm Nusantara (PT AN) belum lama ini.
Sekretaris YPDT wilayah Sumut, Halomoan L Tobing kepada Medanbisnisdaily.com, Jumat (23/3/2018) mengatakan, GM BP GKT Wan Hidayati adalah korban permainan oknum penguasa yang mempunyai pengaruh atas putusan bertahan atau tidaknya PT AN.
Dikonfirmasi lebih lanjut, Halomoan tidak menjelaskan secara rinci oknum yang dimaksud. Namun ia kembali menegaskan oknum yang punya pengaruh terhadap putusan bertahan atau tidak PT AN.
"Pemda mengunakan instrumen BP GKT menjadi alat kepentingan primordial memenuhi kepentingan sesaat. Padahal masyarakat kawasan butuh sustainable environmental yang memberikan peran pada rakyat lebih banyak untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kearifan lokal," ujarnya.
Meski begitu, YPDT tetap menyesalkan tindakan yang dilakukan Hidayati. Menurutnya itu adalah tindakan gegabah yang dapat dikategorikan menerima suap dari pihak yang sedang berperkara di pengadilan (PT AN tengah menjalani proses hukum) dengan tujuan memengaruhi sikap Pemprovsu sebagai institusi pengambil kebijakan.
Selain itu, tindakan yang dilakukan GM BP GKT sangat bertentangan dengan tujuan menjadikan Danau Toba sebagai bagian dari Geopark Global Network (GGN) di UNESCO yang mensyaratkan 3 aspek antara lain konservasi, edukasi dan pengembangan wilayah.
Dengan demikian YPDT menilai GM BP GKT tidak layak lagi menjabat posisi itu. Apabila ia dipertahankan akan sangat berpengaruh pada performa BP GKT di mata dunia internasional.
Ditambahkannya Hidayati pasti mengikuti proses persidangan terhadap PT AN oleh YPDT di PTUN Jakarta. Mengingat di masa persidangan itu, beliau (Hidayati-red) masih menjabat Kadis BLH Sumut.
"Ketika menjabat BLH Sumut beliau juga menyatakan pencemaran air Danau Toba salah satunya dikarenakan oleh aktivitas Kerambah Jaring Apung (KJA)," ujar Halomoan.