Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Tasikmalaya. Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, ternyata punya kebiasaan unik selama menjabat Bupati Tasikmalaya 2 periode. Dia lebih suka menunggang mobil turuntung tanpa patroli pengawalan atau patwal ke kantornya daripada naik mobil dinas.
"Saya suka nyetir sendiri. Berangkat ke kantor dari pesantren Miftahul Huda, tidak pakai baju dinas, bisa pakai sendal, dan nyetir sendiri, setel lagu dangdut Rhoma Irama, aduh nikmatnya," kata Kang Uu sambil tertawa, sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (1/5/2018).
Mantan Ketua DPRD Tasikmalaya ini mengaku lebih suka mengawali aktivitas kedinasannya dengan santai. Diungkapkannya, berangkat dari rumah sudah dengan baju dinas, naik mobil dinas, dan patwal, baginya itu terasa serius. Dia mengaku lebih suka menuju kantor dengan turuntung, berganti baju dinas, memakai peci, hingga memakai sepatu semua dilakukan di dalam turuntung. Sedangkan ajudan hanya perlu menunggu di luar kantor.
"Belum lagi ditambah pekerjaan di kantor yang numpuk. Jadi pikiran tidak rileks. Tapi di mobil turuntung, saya bisa rileks. Begitu turun dari mobil, saya langsung naik ke lantai 3 kantor bupati," kata Uu.
Uniknya lagi, turuntungnya ini tidak dilengkapi AC karena kapasitasnya hanya 3 silinder, sehingga tidak cukup kuat kalau dipasangi mesin pendingin udara. Menurut Uu, dia tidak terlalu membutuhkan AC karena berangkat kerja pagi dan pulang sore, selain itu udara di Tasikmalaya relatif dingin dan segar.
Meski perjalanan dari kantor ke rumahnya di Pesantren Miftahul Huda memakan waktu 1 jam, ia lebih suka tinggal di pesantren ketimbang di pendopo. Menurut dia, di pesantren, siapa pun bisa menemuinya tanpa birokrasi yang rumit.
"Sesekali saya ke pendopo kalau ada tamu penting," ujarnya.
Gara-gara turuntungnya, dia pernah diusir dari tempat parkir mobil bupati. Ceritanya, saat itu dia menghadiri peresmian masjid. Dia datang ke acara itu dengan turuntung, menyetir sendiri tanpa patwal. Begitu sampai, Uu parkir di tempat mobil bupati.
"Tapi, seorang hansip datang dan menegur saya. Punteun Pak, parkir di sini buat Pak Bupati, yang mobil turuntung mah di pinggir saja," kata Uu menirukan ucapan hansip.
Kang Uu pun memindahkan mobilnya. Tapi saat sedang memindahkan mobilnya, panitia datang dan memanggilnya.
"Pak Bupati, Pak Bupati, parkir di sini saja. Hansip yang tadi mengusir saya bingung," tuturnya.
"Hansip itu tidak salah, karena dia tidak kenal saya, wajar kalau 'orang biasa' yang pakai mobil turuntung itu diminta minggir karena parkir itu disediakan untuk mobil bupati," kata Uu.
Peristiwa unik lainnya terjadi ketika dia makan di rumah makan mewah. Dia datang ke rumah makan itu dengan turuntungnya. Dia memesan sop gurami. Uu menyebut waitress kebingungan sehingga sampai bertanya 3 kali.
"'Sop gurami Pak?' Iya, sop gurami," kata Uu.
"Mungkin dia anggap sop gurami mahal, sementara saya datang pakai turuntung," katanya lagi.
Menurut Uu, mobil turuntung itu punya sejarah panjang. Dia menyukai mobil itu karena hadiah dari kakeknya, KH Choer Affandi, pendiri Pesantren Miftahul Huda, saat dia duduk di kelas 3 SMA. Setiap kali ke sekolah, mobil itu selalu dipakainya. Padahal uang jajannya Rp 2.000. Yang dibaginya untuk beli bensin Rp 1.000 untuk mendapatkan 2 liter, Rp 500 buat rokok gapit, dan sisanya digunakan untuk jajan.
Tidak banyak yang dikerjakan Uu untuk merawat mobil tuanya itu. Yang penting, kata dia, jangan lupa ganti oli. Tapi untuk perawatan mobil kuno, yang paling pusing adalah jika bannya meletus.
"Velg-nya lain kayak Vespa. Kalau ditambal dibagi dua velg-nya, jadi aja pusing," ujarnya terkekeh. (dtc)